Mengenal Passapu, Ikat Kepala Khas Raja Gowa Dipakai Ganjar, Anies, Prabowo

Rakernas XVI Apeksi

Mengenal Passapu, Ikat Kepala Khas Raja Gowa Dipakai Ganjar, Anies, Prabowo

Nur Ainun - detikSulsel
Jumat, 14 Jul 2023 07:26 WIB
Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Foto: Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. (dok. istimewa)
Makassar -

Passapu atau Patonro merupakan aksesoris penutup kepala khas Sulawesi Selatan (Sulsel) yang dulunya kerap digunakan para Raja Gowa. Aksesoris ini terlihat digunakan oleh ketiga bakal calon presiden (bacapres), Ganjar Pranowo,Anies Baswedan,hingga Prabowo Subianto saat adu gagasan dalam agenda Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) 2023 di Makassar.

Ketiga bacapres tampak kompak menggunakan penutup kepala berwarna merah ini sepanjang acara berlangsung. Para wali kota yang menjadi tamu undangan dalam kegiatan Rakernas Apeksi 2023 tersebut juga kompak menggunakan Passapu.

Pemerhati Budaya Burhan Kadir menyebutkan, penutup kepala Patonro dulunya hanya diperuntukkan bagi raja-raja, panglima, dan golongan bangsawan saja. Namun seiring berjalannya waktu, Patonro sudah banyak digunakan dalam acara adat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Zaman dulu itu raja-raja ji atau karaeng yang menggunakan Patonro atau komandang perang misalnya," ucap Burhan kepada detikSulsel, Kamis (13/7/2023).

Aksesoris ini juga kerap dipakaikan kepada para tamu penting atau pejabat ketika berkunjung ke Sulsel. Hal ini sebagai bentuk penghormatan budaya lokal.

ADVERTISEMENT

"Sekarang hampir semua masyarakat kemudian apalagi mereka berbusana daerah kalau tidak menggunakan songkok to Bone, biasanya pakai passapu atau Patonro ini," jelasnya.

Saat ini jika ada tamu yang datang ke Sulsel, seperti para wali kota yang hadir di kegiatan Apeksi semuanya mengenakan Patonro. Ikat kepala itu diberikan sebagai bentuk penghormatan pemerintah Makassar atas kedatangannya di Kota Daeng.

"Kalau misalnya kemarin di APEKSI kemudian para wali kota atau tamu-tamu yang datang di Makassar kemudian juga diberi untuk menggunakan, itu merupakan wujud penghormatan sebenarnya," jelasnya.

Nah, bagi detikers yang ingin mengetahui lebih jauh tentang Patonro atau Passapu, simak penjelasan berikut ini!

Sejarah Passapu

Passapu atau Patonro adalah pakain adat tutup kepala berupa lilitan kain khas masyarakat Makassar. Patonro telah hadir sejak abad ke-7.

"Jadi katanya itu sudah ada jadi zaman sriwijaya itu abad ke-7," tuturnya.

Kehadiran Passapu tidak terlepas dari budaya melayu seperti Sumatera, Padang, dan Malaysia. Meski begitu penutup kepala di setiap daerah tersebut memiliki nama tersendiri.

"Jadi ada pengaruh makanya kalau kita lihat sekarang orang-orang Melayu, Sumatera, Padang, Malaysia, dan sebagainya ada yang menggunakan penutup kepala yang lancip," jelasnya.

Patonro mulai dikenakan pada masa Kerajaan Gowa yang ke-10. Saat itu Kerajaan Gowa dipimpin oleh Raja I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng.

"Lalu setelah masuk islam di makassar itu sekitar era Raja Gowa ke-10 itu I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng, sekitar 1546. Tapi itu digunakan cuma pada raja-raja atau karaeng," ucapnya.

Pada zaman raja Gowa yang ke-10 Patonro digunakan sebagai penanda sosial yang hanya dapat digunakan oleh para anak karaeng (bangsawan) dan juga tubarania (ksatria). Selain itu penggunaan Passapu juga memiliki makna tersendiri.

Jika panglima mengenakan Passapu atau Patonro tegak berdiri maka artinya mereka siap berperang. Namun jika Patonro digunakan agak terjatuh itu berarti raja tersebut ingin menghadiri acara adat.

"Jadi dulu itu kan raja-raja, bangsawan, dan panglima saja yang menggunakan itu. Memang itu filosofinya itu berbeda-beda yah, kalau tegak lurus ke atas dan panglima yang pakai maka hati-hati berarti lagi mau perang itu. Kalau misalnya itu agak turun ke bawah atau tidak tegak ke atas berarti itu lagi menjalankan acara, acara adat," jelasnya.

Pada masa itu Passapu digunakan bersama busana adat pria Makassar yang terdiri dari baju, celana atau paroci, dan kain sarung atau lipa garusuk. Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada.

Saat ini penggunaan Passapu di Makassar hanya digunakan untuk keperluan ritual, acara penyambutan tamu pemerintahan, pesta pernikahan dan acara-acara kesenian.

Jenis-Jenis Passapu

Dikutip dari jurnal Universitas Negeri Makassar, Pattonro atau Passapu terdiri dari dua jenis. untuk membedakan kedua dapat dilihat dari segi lipatan dan ikatannya (poto').

Berikut ini penjelasan mengenai dua jenis Pattonro:

1. Patonro atau Passapu Patinra

Pattonro jenis ini memiliki bentuk segitiga menjulang tegak ke atas dengan lipatan melintang pada bagian bawahnya. Pattonro jenis ini biasanya digunakan oleh bangsawan dan para pemberani kerajaan.

Kain yang digunakan adalah kain berwarna merah, hitam, kuning, dan bermotif kotak-kotak berwarna putih.

2. Patonro atau Passapu Padompe

Pattonro Padompe terbagi menjadi tiga, yaitu putara padompe, putara bereng-bereng, dan putara paerang. Begitu juga dengan jenis ikatannya.

Putara padompe digunakan oleh para hulu balang kerajaan, kalau putara bereng-bereng pada umumnya digunakan oleh para pemberani dan juga anak-anak bangsawan. Sementara putara paerang digunakan oleh para Anrong Guru Pakarena.

Variasi Ikatan dalam Passapu

Sementara itu, Passapu juga memiliki jenis dan variasi ikatan yang berbeda-beda. Ketiga jenis itu adalah poto bate', poto nabbi dan poto putara.

1. Poto bate: jenis ikatan yang menyerupai teknik simpul sederhan.

2. Poto nabbi: jenis ikatannya menyerupai tangan bersedakap atau lipat. Dalam bahasa Makassar disebut sikalu'.

3. Poto putara: sesuai namanya, ikatan ini langsung dililitkan saja di kepala.

Demikianlah penjelasan terkait ikat kepala Patonro atau Passapu yang digunakan oleh para wali kota yang menjadi peserta Apeksi di Makassar. Semoga bermanfaat ya detikers!




(urw/nvl)

Hide Ads