Kekurangan Pasokan Makanan, Warga Korut Terancam Mati Kelaparan

Kekurangan Pasokan Makanan, Warga Korut Terancam Mati Kelaparan

Tim detikHealth - detikSulsel
Minggu, 18 Jun 2023 21:00 WIB
Ilustrasi kelaparan merajalela dan paceklik sebagai salah satu tanda sebelum munculnya Dajjal.
Ilustrasi (Foto: Getty Images/ferrantraite)
Jakarta -

Warga Korea Utara (Korut) terancam mati kelaparan akibat kurangnya pasokan makanan. Kondisi ini terjadi setelah mereka menutup perbatasan pada Januari 2020 karena COVID-19.

Dilansir dari detikHealth, seorang wanita yang tinggal di ibu kota Pyongyang mengaku bahwa dirinya mengenal sebuah keluarga beranggotakan tiga orang yang mati kelaparan di rumah.

"Kami mengetuk pintu mereka untuk memberi mereka air, tapi tidak ada yang menjawab. Ketika pihak berwenang masuk ke dalam, mereka menemukan mereka tewas," kata Ji Yeon, bukan nama sebenarnya, kepada BBC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi yang terjadi di Korut ini tentunya sangat mengancam jiwa. Malnutrisi yang dialami selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan dapat memicu penyakit tertentu, seperti anemia ketika orang tidak mendapatkan cukup zat besi atau beriberi jika mereka tidak mendapatkan tiamin yang cukup.

Ketika tubuh dihadapkan dengan kelaparan, tubuh melawan balik. Hari pertama tanpa makanan hampir sama dengan puasa semalam antara makan malam dan sarapan pagi berikutnya. Tingkat energi rendah tetapi meningkat dengan makan pagi.

ADVERTISEMENT

Jika tidak ada makanan untuk dimakan selama beberapa hari, maka tubuh mulai 'memakan' dirinya sendiri. Metabolisme melambat, tubuh tidak bisa mengatur suhunya, fungsi ginjal terganggu dan sistem kekebalan tubuh melemah.

"Tubuh mulai mengonsumsi simpanan energi: karbohidrat, lemak, dan kemudian protein bagian dari jaringan," kata Maureen Gallagher, penasihat nutrisi senior untuk Aksi Melawan Kelaparan, sebuah jaringan organisasi kemanusiaan internasional yang berfokus pada penghapusan kelaparan kepada NPR dikutip Sabtu (17/6/2023).

Saat tubuh menggunakan cadangannya untuk memenuhi kebutuhan energi dasar, tubuh tidak dapat lagi memasok nutrisi yang diperlukan ke organ dan jaringan vital.

Selanjutnya, jantung, paru-paru, ovarium, dan testis menyusut. Otot juga akan menyusut hingga menyebabkan orang merasa lemah.

Suhu tubuh kemudian turun dan membuat kita merasa kedinginan. Dalam kondisi seperti itu, orang bisa menjadi mudah tersinggung, dan menjadi sulit untuk berkonsentrasi.

Akhirnya, tidak ada yang tersisa untuk tubuh mengais kecuali otot.

"Begitu simpanan protein mulai digunakan, kematian tidak jauh," kata Dr. Nancy Zucker, direktur Duke Center for Eating Disorders di Duke University.

"Anda mengonsumsi otot Anda sendiri, termasuk otot jantung," sambungnya.

Tahap akhir yang dialami orang kelaparan adalah mengalami halusinasi, kejang, dan gangguan irama jantung, hingga akhirnya jantung berhenti.

Jangka waktu seseorang dapat bertahan hidup tanpa makanan berbeda-beda, tergantung pada usia, berat badan, apakah mereka memiliki cukup air, dan apakah mereka memiliki masalah kesehatan lain yang mendasarinya.

"Kelaparan adalah ancaman," ujar Zucker.

Tak jarang, orang yang kelaparan akan bertindak seperti hewan yang terpojok, waspada terhadap perubahan apa pun di sekitar mereka dan terlalu cepat bereaksi terhadap ancaman yang dirasakan. Kondisi kekurangan makanan yang parah kemudian membuat orang mulai melakukan sesuatu untuk menjarah makanan.

Saat berada dalam kondisi kelaparan, seseorang akan terlihat apatis, lesu. Mereka mungkin tidak terlihat seperti sedang kesakitan, namun bukan berarti mereka tidak menderita.




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads