Siswa SDN 478 Barowa, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) nekat bertaruh nyawa menyeberangi sungai dengan rakit yang terbuat dari gabus demi bisa ke sekolah. Para siswa menggunakan rakit sejak sebulan terakhir karena jembatan penyeberangan rusak diterjang banjir.
Pantauan detikSulsel di Desa Barowa Kecamatan Luwu, Kabupaten Luwu Sabtu (10/6), siswi SDN 478 Barowa Andita bersama 3 temannya menaiki rakit yang terbuat dari gabus. Para siswa itu berpegang pada tali membentang yang menghubungkan rakit ke seberang sungai.
Tiga temannya terlihat jongkok saling berdempetan menjaga keseimbangan rakit agar tidak terbalik. Sementara Andita bertugas untuk menarik tali penghubung untuk sampai ke seberang sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiap hari menyeberang pakai gabus sama teman-teman. Tidak takut," kata Andita kepada detikSulsel, Sabtu (10/6/2023).
Seorang warga Desa Borowa Muhlis mengungkapkan anak-anak di Desa Borowa sudah menggunakan rakit untuk ke sekolah karena jembatan rusak tersapu banjir pada awal Mei 2023 lalu.
"Kurang lebih sebulan anak-anak menggunakan ini (rakit) ke sekolah, biasa kami juga antar menggunakan perahu. Kalau pulang sekolah dijemput lagi," ungkapnya.
Muhlis mengatakan dalam beberapa kesempatan saat siswa menyeberangi sungai, rakit yang digunakan pernah terbalik hingga anak-anak tercebur ke sungai. Menurutnya, kegiatan yang dilakukan anak-anak di desanya sangat berbahaya mengingat ketinggian air sungai mencapai 2 meter.
"Biasa juga terbalik karena itu kan cuma rakit gabus jadi keseimbangannya tidak terlalu bagus, anak-anak jatuh ke sungai. Untung waktu itu airnya tidak terlalu tinggi, biasanya ketinggian airnya sampai 2 meter, apalagi kalau hujan anak-anak sudah tidak ke sekolah," ungkapnya.
Dia pun berharap Pemda Luwu segera membuat jembatan penyeberangan yang baru untuk warga Desa Barowa. Pasalnya kata dia, saat ini beberapa warga desa termasuk anak-anak sekolah sangat kesulitan karena tidak adanya jembatan penyeberangan.
"Kita maunya agar Pemda buatkan kami jembatan, karena kasihan warga sama anak-anak mau sekolah pakai rakit atau perahu. Mereka sering terlambat ke sekolah karena itu," tandasnya.
(ata/hmw)