Karma adalah sebuah konsep perbuatan yang diyakini oleh sebagian orang. Akan tetapi, Islam memiliki cara pandang yang berbeda dalam menafsirkan hukum karma. Benarkah tidak ada karma dalam islam? Berikut penjelasanya.
Dilansir dari detikHikmah, secara harfiah kata karma berasal dari bahasa sansekerta yang berarti perbuatan. Hasil yang didapatkan dari perbuatan ini disebut karmaphala, sedangkan akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut disebut karma vipaka.
Dirangkum dari buku yang berjudul 'Perubahan Sosial-Budaya Komunitas' karya Nawari Ismail, istilah karma lebih sering merujuk pada agama Hindu dan Buddha. Dalam agama Hindu, karma diartikan sebagai perbuatan dan karma berasal dari Brahman. Dengan demikian karma berasal dari kehendak Brahman yang bersumber dari pikiran, perkataan, dan perbuatan manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karma atau kamma dalam agama Buddha adalah perbuatan baik dan jahat yang dilakukan oleh seseorang melalui jasmani, ucapan, dan pikiran yang disertai dengan kehendak atau niat.
Berbeda dengan agama Hindu dan Buddha yang termasuk agama ardhi (agama bumi), Islam sebagai agama samawi (agama langit) tentu memiliki cara pandang tersendiri terkait konsep hukum karma. Berikut penjelasannya berdasarkan dalil.
Baca juga: Arti Rukun Iman Qada dan Qadar Dalam Islam |
Karma Menurut Ajaran Islam
Dalam buku yang berjudul 'Jangan Marah Lupakan, Maafkan, Ikhlaskan' karya Ipnu R. Noegroho tertulis bahwa tidak ada karma dalam Islam, yang ada hanyalah ketentuan dan takdir Allah yang telah diatur untuk kepentingan hidup manusia.
Setiap perkara yang sudah ditetapkan oleh Allah pasti ada kebaikannya meski terkadang manusia kurang menyukainya.
Bukti bahwa Islam tidak mengenal hukum karma termaktub dalam firman Allah yakni Al-Qur'an surat Al Fathir ayat 18,
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى ۗوَاِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ اِلٰى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰىۗ اِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ ۗوَمَنْ تَزَكّٰى فَاِنَّمَا يَتَزَكّٰى لِنَفْسِهٖ ۗوَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ
Artinya: Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan salat. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali.
Kendati demikian, setiap pemeluk agama Islam diajarkan bahwa bahwa setiap kebaikan akan dibalas dengan kebaikan dan keburukan juga akan dibalas dengan keburukan.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam buku 'Rahasia Magnet Rezeki' karya Nasrullah tertulis bahwa hukum karma, hukum konsekuensi, hukum tabur-tuai, dalam Islam lebih dikenal dengan konsep hukum dzarroh.
Adapun istilah dzarroh ini diartikan sebagai biji sawi. Selain itu dzarroh juga bisa diartikan sebagai ukuran terkecil yang bisa dihitung oleh manusia. Dalam hal ini, hukum dzarroh dimaksudkan bahwa setiap perbuatan baik maupun buruk meski sekecil biji dzarroh tetap akan mendapatkan balasan.
Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an surat Al Zalzalah ayat 7-8,
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ
Artinya: Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
Selain dalam akhir surat Al Zalzalah, ajaran tentang hukum dzarroh ini juga disebutkan dalam surat Lukman, yakni ayat ke-16. Pada saat itu, Lukman mengajarkan kepada anaknya:
يٰبُنَيَّ اِنَّهَآ اِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ
Artinya: (Lukman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.
Balasan Bagi Setiap Perbuatan
Islam dikenal sebagai agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Bahkan, salah satu nama Allah dalam Asmaul Husna adalah Al-'Adl yang berarti Yang Maha Adil.
Dalam kitab suci Al-Qur'an, dijelaskan bahwa setiap perbuatan entah itu perbuatan baik atau buruk, besar atau kecil, pasti akan mendapatkan balasannya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an surat An Nahl ayat 97,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya: Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Adapun bagi siapa saja yang berbuat keburukan maka Allah akan menurunkan azab kepada mereka sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur'an surat Ar Rum ayat 41,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Itulah penjelasan tentang arti dan hukum karma dalam pandangan dan ajaran islam. Semoga dengan mengetahuinya dapat membuat umat muslim lebih berhati-hati dalam berperilaku.
(urw/urw)