Warga Desa Wara, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengeluhkan banjir yang sudah 6 bulan merendam wilayahnya akibat jebolnya tanggul Sungai Rongkong. Warga mendesak pemerintah pusat segera menangani tanggul yang rusak tersebut.
"Kami mendesak pemerintah pusat untuk turun tangan atasi tanggul jebol di Sungai Rongkong," kata salah satu warga Desa Wara bernama Niwil kepada detikSulsel, Selasa (23/5/2023).
Niwil mengaku bersama aliansi solidaritas mahasiswa dan masyarakat Malangke Raya (Asmara) telah menyampaikan kondisi banjir ke pihak Balai Besar Jeneberang. Namun hanya bisa memberikan solusi jangka pendek dengan menutup tanggul menggunakan jumbo bag.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita kemarin juga sudah sharing bersama Balai Besar Jeneberang. Tapi pihak balai hanya memberikan solusi jangka pendek dengan cara penutupan tanggul menggunakan jumbo bag," ungkapnya.
Dia melanjutkan pihak balai tidak bisa melakukan penanggulangan jebolnya tanggul Sungai Rongkong karena dana yang dibutuhkan untuk normalisasi sungai cukup besar.
"Memang harus ada normalisasi sungai. Tapi saat kami tanya ke balai katanya mereka tidak punya anggaran untuk melakukan itu," ucapnya.
Dia menambahkan, nasib warga di Desa Wara sudah sangat terancam akibat banjir yang menggenangi selama 6 bulan. Kata dia, banyak warga sudah kehilangan penghasilan hingga anak-anak terancam putus sekolah akibat banjir.
"Sudah banyak warga tidak punya penghasilan lagi, gedung sekolah juga terendam jadi anak-anak terancam putus sekolah karena keadaan ini," ujar Niwil.
Diketahui, 2 desa di Kecamatan Malangke Barat terdampak banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Rongkong, yakni Desa Wara dan Desa Cenning.
Sementara itu Kepala Desa Cenning, Harmiadi curhat kondisi warganya memprihatinkan buntut banjir tak kunjung surut selama 6 bulan. Alhasil warga yang berprofesi sebagai petani sudah tidak memiliki penghasilan, warga juga mulai terserang penyakit kulit hingga diare.
"Ekonomi di desa kami selama 6 bulan ini benar-benar lumpuh. Tidak ada penghasilan, warga tidak bertani karena lahannya digenangi banjir, jadi tidak ada sama sekali, warga kami kehilangan mata pencaharian," paparnya dikonfirmasi terpisah.
(afs/hmw)