5 Ungkapan yang Fatal Dikatakan pada Anak, Psikolog Ungkap Dampaknya

5 Ungkapan yang Fatal Dikatakan pada Anak, Psikolog Ungkap Dampaknya

Tim detikEdu - detikSulsel
Senin, 22 Mei 2023 15:02 WIB
11 Cara Cerdas Menghadari Anak Tantrum, Jangan Panik & Kenali Penyebabnya
Ilustrasi Foto: Getty Images/Hispanolistic
Jakarta -

Bahasa yang menjadi alat komunikasi dengan anak perlu dikuasai oleh orang tua. Pasalnya orang tua kadang tidak bisa mengontrol lisannya ketika mengalami emosi yang tidak stabil.

Dilansir dari detikEdu, umumnya yang terjadi ketika anak berperilaku buruk atau membuat ulah, orang tua dengan spontan mengeluarkan kata yang dapat menyinggung anak. Kerap teguran yang diucapkan orang tua justru mempermalukan anak.

"Itu menyebabkan kerusakan permanen pada harga diri anak-anak," kata psikolog anak dan penulis buku Dr. Tovah Klein, dikutip dari CNBC Internasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr. Tovah Klein menuturkan lima frasa umum yang harus dihindari oleh orang tua. Berikut ini 5 ungkapan yang tidak boleh dikatakan pada anak.

5 Ungkapan yang Tidak Boleh Dikatakan Pada Anak

Orang tua sebenarnya tidak tidak bermaksud mempermalukan anak-anak mereka. Namun kerap kata-kata spontan atau tatapan mata yang berlebihan bisa berujung berbahaya bagi perkembangan anak.

ADVERTISEMENT

1. "Jadi, suasana hatimu sedang buruk, lagi. Kamu selalu dalam suasana hati yang buruk." atau "Sekarang ngambek lagi. Kamu memang selalu ngambek-an."

2. "Mengapa kamu selalu marah ketika ini terjadi?" atau "Kenapa kayak gini aja marah-marah?"

3. "Apakah kamu harus melakukan [perilaku negatif] itu lagi?"

4. "Itu konyol!"

5. "Kamu bereaksi berlebihan." atau "Kamu terlalu lebay!"

Klein menambahkan, ungkapan atau kalimat di atas sering kali muncul sebagai tanda frutasi.

Ungkapan itu biasanya diucapkan orang tua ketika anak bertengkar dengan saudaranya, tiba-tiba berpura-pura tidak mendengar permintaan orang tua dan beberapa alasan lainnya.

"Menjatuhkan anak anda karena suasana hati yang buruk dan wajah cemberut akan membuat anak merasa tidak enak dan membuat mereka bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang salah dengan mereka," ungkap Klein.

Dampak Buruk Terhadap Anak

Adapun dampak dari ungkapan yang dikeluarkan orang tua kepada anak sebagai berikut.

Ungkapan yang 'Menyalahkan' Anak

Klien mengatakan bahwa sering kali ungkapan orang tua terhadap anak disebabkan karena rasa malu yang merupakan respon dari perilaku anak itu.

Psikolog mengatakan, menyalahkan anak atas emosi yang orang tua alami adalah sebuah kesalahan.

"Rasa malu (orang tua) benar-benar bisa menjadi racun bagi seorang anak kecil," kata Klein, yang juga direktur Pusat Pengembangan Balita Universitas Barnard.

Kepercayaan Diri dan Motivasi Anak Menurun

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dipermalukan oleh orang tua dapat menyebabkan kepercayaan diri dan motivasi anak bisa menurun. Pasalnya, orang tua bagi anak adalah sosok yang dicintai dan berarti dalam hidupnya.

Maka dari itu, dampak perilaku orang tua itu dapat membuat anak cenderung takut mencoba hal-ha baru dan enggan menghadapi tantang baru. Padahal, kedua sifat ini akan dibutuhkan untuk menghadapi kehidupan di kemudian hari.

Apa yang Bisa Dikatakan Orang Tua untuk Anak?

Klein mengatakan, langkap pertama agar orang tua tidak berbicara sembarang di depan anak adalah berpikir terlebih dahulu sebelum berkata.

Saat emosi orang tua tidak stabil, sebaiknya tanyakan terlebih dahulu kepada diri masing-masing. "Apa yang terjadi dengan saya, dan mengapa saya marah dan kecewa pada anak saya?"

Orang tua harus selalu mengingat bahwa anak-anak bisa juga seperti orang dewasa. Mereka akan tumbuh dan melewati berbagai perasaan baik itu positif maupun negatif.

Berikut beberapa contoh ungkapan atau kalimat yang bisa jadi pilihan orang tua ketika suasana hari sedang buruk menurut Klein:

1. "Kamu tidak ingin melakukan ini sekarang. Saya mengerti. Tapi, kita masih harus pergi."

2. "Jika ini sulit, aku akan membantumu."

3. "Aku berharap kita bisa melakukan itu."

4. "Kamu ingin pergi ke luar? Saya mengerti. Sayangnya, kami tidak bisa sekarang."

Kalimat itu bisa diucapkan dengan bahasa yang berbeda. Pada initnya, Klien mengatakan bahwa pengakuan dan validasi kekecewaan penting dilakukan orang tua sebelum bersikap tegas tentang apa yang perlu dilakukan.

"(Orang tua) tidak perlu berbicara berlebihan. Sedikit empati akan sangat membantu," ujar Klein.

Klein menegaskan, jika orang tua kehilangan kesabaran dan mengatakan sesuatu yang kelak disesali, maka orang tua harus mengakui kesalahannya untuk membangun kembali kepercayaan dengan anak.




(alk/ata)

Hide Ads