Tiktok saat ini tengah menjadi sorotan setelah ramai pengakuan seorang mantan karyawan perusahaan induk Tiktok, ByteDance soal rencana besar mereka menguasai dunia. Dia mengungkapkan bahwa perusahaan asal China tersebut berusaha mencuri dan mengambil keuntungan konten orang lain di seluruh dunia, termasuk Facebook dan Instagram.
Dilansir dari detikINET, mantan karyawan tersebut bernama, Yintao Yu. Diketahui, Yu menggugat ByteDance dan menyatakan perusahaan raksasa media sosial tersebut dipantau oleh Partai Komunis China dari kantor pusatnya di Beijing.
Selain itu, Yu juga mengatakan bahwa perusahaan itu membagikan data milik Amerika Serikat dengan pemerintah China. Dalam pengaduannya, Yu juga mengatakan bahwa ByteDance memanfaatkan pengguna palsu untuk membesar-besarkan matriksnya dan berfungsi sebagai alat propaganda yang berguna untuk Partai Komunis China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip News Nation Now, Yu menuding ByteDance memecat dirinya setelah ia blak-blakan mengungkap rencana yang akan dilakukan perusahaan tersebut. Namun, merespon hal ini, ByteDance menepis tudingan tersebut.
"Kami berkomitmen menghormati kekayaan intelektual perusahaan lain, dan kami memperoleh data sesuai dengan praktik industri dan kebijakan global kami," demikian pernyataan resmi ByteDance.
Gugatan ini muncul kurang dari dua bulan setelah CEO TikTok Shou Zi Chew bersaksi di depan anggota parlemen di Capitol Hill, AS. Shou menepis tudingan yang diberikan bahwa pemerintah China memiliki akses ke data milik 150 juta orang Amerika dengan aplikasi tersebut.
"Saya tidak melihat bukti bahwa pemerintah China memiliki akses ke data tersebut. Mereka tidak pernah meminta kepada kami, kami pun tidak menyediakan. Saya belum melihat bukti kejadian ini," ujarnya di hadapan para anggota parlemen dan penyelidik.
Berkaitan dengan isu tersebut, Kementerian Luar Negeri China justru menuduh AS yang sengaja menyebarkan informasi palsu tentang potensi risiko keamanan TikTok. Hal ini menyusul laporan di Wall Street Journal bahwa Komite Investasi Asing di AS, yang merupakan bagian dari Departemen Keuangan AS, mengancam larangan AS terhadap aplikasi tersebut kecuali China telah melepaskan saham mereka. Sebagai informasi, Presiden Amerika Joe Biden telah melarang TikTok dari semua perangkat federal di negaranya.
Menanggapi gugatan tersebut, Bytedance mengatakan, "Kami berencana untuk menentang keras apa yang kami yakini sebagai klaim dan tuduhan yang tidak berdasar. Tuan Yu bekerja untuk ByteDance, Inc., kurang dari setahun," tegas mereka.
(urw/urw)