Kasus temuan bangkai babi berserakan di saluran irigasi Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel) telah diteliti. Babi itu ternyata mati karena terpapar virus African Swine Fever (ASF).
"Ya, untuk saat ini kami bisa simpulkan, kemungkinan besar penyebabnya dari virus ASF. Karena hampir semua yang mati menunjukkan gejala yang sama," kata dokter hewan Dinas Pertanian dan Kehutanan Luwu Timur Gusti Ngurah, Sabtu (13/5/2023).
Gusti mengatakan babi yang mati apalagi terpapar virus ASF semestinya langsung dikubur. Virus dikhawatirkan bisa berkembang lebih ganas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita bisa jelaskan tindakan pencegahan yang bisa dilakukan saat ini kan, istilahnya pemisahan hewan yang menunjukkan (sakit) dengan yang sehat. Artinya sama saat kena COVID, kalau sudah mati ya kalau bisa jangan dibuang lagi di pengairan, kalau bisa dikubur," pinta Gusti.
Diberitakan sebelumnya, bangkai babi yang ditemukan total 18 ekor yang tersebar di 3 desa di Lutim. Awalnya, sebanyak 10 ekor bangkai babi ditemukan di Desa Rinjani, Kecamatan Wotu.
Adapula 4 ekor lainnya ditemukan polisi di Desa Non Blok, Kecamatan Kalaena pada Senin (8/5). Terakhir, 4 ekor bangkai babi juga ditemukan di Desa Lewonu, Kecamatan Burou pada Sabtu (13/5).
Polisi menduga temuan ini tersebar di tiap kecamatan. Namun pihaknya belum mengetahui jumlahnya secara pasti.
"Terkait itu babi, sudah kordinasi dengan Dinas Peternakan (Lutim), terkait masalah jumlah kita belum tahu karena yang turun mendata kan dari (dinas) peternakan," ucap Kasi Humas Polres Lutim Bripa Muh Taufik kepada detikSulsel, Sabtu (13/5).
Taufik mengatakan pihaknya sudah turun ikut melakukan evakuasi terhadap bangkai babi. Bangkai yang ditemukan langsung dikubur.
"Langkah-langkahnya kita turunkan alat berat untuk kubur itu babi," imbuh Taufik.
(ata/hmw)