Nasib pilu dialami siswa di 3 Sekolah Dasar (SD) Negeri di Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar). Mereka terpaksa melaksanakan ujian sekolah di masjid hingga tenda darurat karena gedung sekolah mereka terdampak banjir.
"Kalau di Kecamatan Matakali ini ada tiga (SD) yang paling terdampak banjir. Semuanya berada di jalan poros," kata pengawas pendidikan kecamatan Matakali, Saiful kepada wartawan, Senin (8/5/2023).
Pemukiman hingga sekolah di wilayah tersebut terendam banjir sejak Kamis malam (4/5). Adapun 3 sekolah yang terdampak banjir yaitu SDN 001 Matakali, SDN 048 Matakali, dan SDN 040 Inpres Labasang di Kecamatan Matakali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga sekolah yang terdampak banjir tersebut melaksanakan ujian di tempat yang berbeda. Selain menggunakan masjid, ada juga sekolah yang menggelar ujian di bawah tenda darurat milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Dua dari tiga sekolah tersebut masih terendam air dengan ketinggian 10 hingga 20 centimeter. Sementara satu sekolah lainnya, meski sudah tidak tergenang air, belum memungkinkan digunakan ujian karena belum dibersihkan.
"Kalau di SDN 048 dan SDN 001 masih terendam, sementara di SDN 040 Labasang sudah mulai kelihatan lumpur tapi masih sangat kotor, belum ada waktu membersihkan. Jadi pelaksanaan ujian diarahkan dulu ke masjid dan yang ada tendanya," ujarnya.
Saiful mengungkapkan kondisi tersebut membuat para murid tidak nyaman, bahkan 55 murid SDN 001 Matakali harus mengikuti ujian di masjid tanpa menggunakan meja dan kursi. Kendati demikian dia mengatakan, pelaksanaan ujian di tempat darurat tersebut hanya bersifat sementara.
"Pastinya kalau kita lihat akan terganggu konsentrasi pada murid, cuman kita kondisikan saja," tuturnya.
Sementara itu, Kepala SDN 040 Inpres Labasang Muhammad Jabir mengatakan, sekolah belum dapat difungsikan karena seluruh ruangan masih menyisakan endapan lumpur akibat terjangan banjir. Sejumlah sarana pendukung pembelajaran juga mengalami kerusakan.
"Tidak memungkinkan dilaksanakan ujian di sekolah karena banyak lumpur dan bau. Selain itu, sarana penunjang proses pembelajaran seperti buku, hingga komputer dan printer juga banyak yang rusak," ungkap Jabir.
Meskipun ujian tersebut dilaksanakan di tempat darurat, Jabir mengatakan hal itu sudah disepakati oleh orang tua. Proses pembersihan sekolah, lanjut dia akan dilakukan setelah pelaksanaan ujian usai.
"Pihak sekolah bersama orang tua murid bersepakat melaksanakan ujian di tenda. Kita mau fokus dulu sama pelaksanaan ujian, setelah itu kita lakukan pembersihan sekolah termasuk mengidentifikasi apa saja kerusakan," jelasnya.
Sebagai informasi, pelaksanaan ujian sekolah tingkat sekolah dasar di tersebut dimulai Senin (8/5) hingga Sabtu (13/5).
(urw/ata)