Puasa 6 hari di bulan Syawal merupakan salah satu amalan sunnah yang dianjurkan setelah hari raya Idul Fitri. Lantas, apakah puasa Syawal bisa dilakukan tidak berurutan?
Mengutip laman Kemenag RI, anjuran puasa 6 hari di bulan Syawal berdasarkan hadits nabi Muhammad SAW:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun." (HR Muslim).
Allah SWT pun memberikan keistimewaan dan keutamaan yang luar biasa bagi mereka yang menjalankan puasa sunnah ini. Seperti halnya orang yang berpuasa selama satu tahun penuh.
Namun demikian, masih banyak orang yang bingung mengenai pelaksanaan puasa sunnah ini. Salah satunya terkait waktu mengerjakannya apakah harus berurutan atau bisa dikerjakan secara selang seling.
Bolehkah Puasa Syawal Dilakukan Tidak Berurutan?
Menjawab pertanyaan ini, Syekh Muhammad Nawawi AL-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menjelaskan sebagai berikut:
( و ) الرابع صوم ( ستة من شوال ) لحديث من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر ولقوله أيضا صيام رمضان بعشرة أشهر وصيام ستة أيام بشهرين فذلك صيام السنة أي كصيامها فرضا وتحصل السنة بصومها متفرقة منفصلة عن يوم العيد لكن تتابعها واتصالها بيوم العيد أفضل وتفوت بفوات شوال ويسن قضاؤها
Artinya: "Keempat adalah (puasa sunah enam hari di bulan Syawal) berdasarkan hadits, 'Siapa yang berpuasa Ramadhan, lalu mengiringinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, ia seakan puasa setahun penuh.' Hadits lain mengatakan, puasa sebulan Ramadhan setara dengan puasa sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari di bulan Syawal setara dengan puasa dua bulan. Semua itu seakan setara dengan puasa (wajib) setahun penuh. Keutamaan sunnah puasa Syawal sudah diraih dengan memuasakannya secara terpisah dari hari Idul Fitri. Hanya saja memuasakannya secara berturut-turut lebih utama. Keutamaan sunnah puasa Syawal luput seiring berakhirnya bulan Syawal. Tetapi dianjurkan mengqadhanya," (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain, Al-Maarif, Bandung, Tanpa Tahun, Halaman 197).
Dengan demikian maka waktu pelaksanaan puasa Syawal ini yang paling utama adalah menjalankannya selama 6 hari berturut-turut setelah hari Raya Idul Fitri. Namun demikian boleh juga jika dilakukan secara acak atau tidak berurutan, selama masih dalam bulan Syawal.
Orang yang berpuasa Syawal secara tidak berurutan tetap akan mendapatkan keutamaan seperti berpuasa selama setahun penuh.
Anjuran Puasa Sunnah di Bulan Syawal
Bahkan dalam keterangan lain, dijelaskan bahwa orang yang melakukan puasa qadha atau puasa nadzar di bulan Syawal tetap akan mendapatkan keutamaan puasa Syawal. Sebagaimana diterangkan diterangkan oleh Syekh Ibrahim Al-Baijuri berikut:
وإن لم يصم رمضان كما نبه عليه بعض المتأخرين والظاهر كما قاله بعضهم حصول السنة بصومها عن قضاء أو نذر
Artinya: "Puasa Syawal tetap dianjurkan meskipun seseorang tidak berpuasa Ramadhan-seperti diingatkan sebagian ulama muta'akhirin-. Tetapi yang jelas-seperti dikatakan sebagian ulama-seseorang mendapat keutamaan sunah puasa Syawal dengan cara melakukan puasa qadha atau puasa nadzar (di bulan Syawal)," (Lihat Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri 'alâ Syarhil 'Allâmah Ibni Qasim, Darul Fikr, Juz I, Halaman 214).
Bukan cuma itu, bahkan puasa sunnah-sunnah lain seperti puasa senin-kamis dan puasa ayyamul bidh yang dikerjakan pada bulan Syawal, pun tetap akan mendapatkan keutamaan ini:
ومما يتكرر بتكرر السنة (ستة من شوال) وإن لم يعلم بها أو نفاها أو صامها عن نذر أو نفل آخر أو قضاء عن رمضان أو غيره. نعم لو صام شوالا قضاء عن رمضان وقصد تأخيرها عنه لم يحصل معه فيصومها من القعدة
Artinya: "Salah satu puasa tahunan adalah (puasa enam hari di bulan Syawal) sekalipun orang itu tidak mengetahuinya, menapikannya, atau melakukan puasa nadzar, puasa sunah lainnya, puasa qadha Ramadhan atau lainnya (di bulan Syawal). Tetapi, kalau ia melakukan puasa Ramadhan di bulan Syawal dan ia sengaja menunda enam hari puasa hingga Syawal berlalu, maka ia tidak mendapat keutamaan sunnah Syawal sehingga ia berpuasa sunah Syawal pada Dzul Qa'dah," (Lihat Syekh Muhammad Nawawi Al-Bantani, Qutul Habibil Gharib, Tausyih alâ Ibni Qasim, Darul Fikr, Beirut, 1996 M/1417 H, Halaman 117).
Sebaiknya Mendahulukan Puasa Qadha
Meskipun demikian orang yang ingin mendapatkan ganjaran pahala yang sempurna di bulan Syawal ini maka dianjurkan untuk menunaikan utang puasa terlebih dahulu. Hal ini agar mendapatkan ganjaran seperti berpuasa selama 1 tahun penuh.
Mengutip laman Universitas Muhammadiyah Sukabumi, Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menjelaskan dalam kitab Lathoiful Ma'arif, "Siapa yang mempunyai kewajiban qodho' puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qadha-nya di bulan Syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qodho' itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal."
Hal ini karena setiap amalan kebaikan itu akan dilipatgandakan oleh Allah SWT hingga 10 kali lipat. Sehingga berpuasa selama 1 bulan penuh di bulan ramadhan akan mendapatkan ganjaran pahala seperti berpuasa selama 10 bulan.
Selanjutnya, puasa 6 hari di bulan Syawal akan mendapatkan pahala puasa seperti 60 hari atau setara 2 bulan. Sehingga orang yang lengkap berpuasa 1 bulan Ramadhan ditambah 6 hari di bulan Syawal akan dihitung seperti berpuasa selama 1 tahun penuh.
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa puasa Syawal dapat dilakukan selama 6 hari di bulan Syawal, baik secara berurutan ataupun tidak. Semuanya akan mendapatkan ganjaran pahala seperti berpuasa selama 1 tahun lamanya.
(edr/alk)