Sejumlah ketua Partai Politik (Parpol) digadang-gadang akan maju pada pemilihan legislatif (Pileg) RI 2024 mendatang. Direktur Profetik Institute Asratillah Senge mengungkap peluang mereka untuk duduk di Senayan jauh lebih besar.
Beberapa ketua parpol yang dimaksud yakni Ketua PDI Perjuangan Sulsel Andi Ridwan Wittiri, Ketua NasDem Sulsel Rusdi Masse, dan Ketua PAN Sulsel Ashabul Kahfi. Ketiga figur tersebut berstatus sebagai legislator senayan saat ini.
Selain itu, ada Ketua DPD I Golkar Sulsel Taufan Pawe (TP) dan Ketua PKS Sulsel Amri Arsyid. Kedua figur tersebut saat ini baru mempersiapkan diri untuk maju ke Senayan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Coba kita hitung satu-satu, pertama ketua PDI Perjuangan Ridwan Wittiri masih memungkinkan untuk duduk kembali karena dia Incumbent. Kedua Ketua NasDem Rusdi Masse, kemarin pada saat mencalonkan di pileg sebelumnya, suaranya sampai ratusan ribu kemungkinan besar masih bisa duduk. Dia punya sumber daya yang besar dan kantong-kantong suara yang masih terawat," kata Asratillah kepada detikSulsel, Kamis (13/4/2023).
Asratillah juga menyebut ketua Gerindra Sulsel Andi Iwan Darmawan Atas (AIA) berpeluang untuk duduk kembali sebagai legislator senayan. Pasalnya, AIA terpilih pada pileg sebelumnya dengan perolehan suara yang cukup tinggi.
"Nah yang lain, ketua Gerindra AIA dia kan sebelumnya peroleh suara kisaran 80 ribuan suara di dapil II Sulsel saat maju pileg RI. Kalau misalnya maju kembali, tentu masih ada peluang untuk duduk kembali," ungkapnya.
Meski demikian, AIA sendiri ditugaskan oleh DPP Gerindra untuk bertarung pada pemilihan gubernur (Pilgub) Sulsel 2024 mendatang. Hal itu pernah disampaikan Direktur Pemenangan Gerindra Sulsel Andi Anhar Rahman.
Asratillah lalu membeberkan peluang ketua Golkar Sulsel TP yang baru akan maju ke Senayan. Berdasarkan pengamatan, Asratillah belum bisa memprediksi peluang TP, namun ia tetap menggaransi Golkar di dapil II Sulsel akan memperoleh kursi.
"Kemudian di Partai Golkar, pak Taufan Pawe kan baru mau maju ini di dapil II DPR RI. Kita tidak tahu juga peluangnya, apakah dia nanti duduk atau tidak, tapi kalau soal Golkar dapat kursi, tentu akan dapat kursi, apalagi sekarang kan dia dapat dua kursi di sana," katanya.
Dia mengatakan demikian lantaran TP akan bersaing dengan kader Golkar di dapil II. Sementara itu, Asratillah menyebut TP akan bersaing ketat lantaran pesaingnya adalah tokoh populer dan berpengaruh, yakni Bupati Bone Fashar Padjalangi dan Wakil Ketua Umum DPP Golkar Nurdin Halid.
"Bukan susah sebenarnya (bagi Taufan Pawe) tapi mesti berkompetisi ketat dan kuat," katanya.
"Kalau kita lihat komposisi caleg di sana (dapil II) misalnya Fashar Padjalangi, Taufan Pawe dan bahkan ada Nurdin Halid, itu bisa mempertahankan dua kursi. Tapi nanti kita akan lihat, apakah pak Taufan yang akan terpilih atau tidak, tapi kalau melihat akses ke pengurus partai sampai ke tingkat bawah tentu Pak Taufan punya itu," tambahnya.
Selain itu, Asratillah menyebut Ketua PAN Sulsel Ashabul Kahfi (AK) yang saat ini menjabat sebagai ketua komisi VIII DPR RI berpotensi duduk kembali jika mencalonkan, sebab tak ada rival kuat di dapil I.
"Kemudian ada PAN, Ashabul Kahfi, dia itu punya peluang besar masih akan duduk. Perolehan suaranya cukup signifikan di pileg kemarin. Dan dapil I juga tidak ada ji pesaing yang berarti kan," katanya.
Asratillah juga menyebut Ketua PKS Sulsel Amri Arsyid sebagai pendatang baru di bursa pileg RI 2024 nanti. Menurutnya, Amri berpeluang jika sumber daya di dapil III bisa ia kendalikan.
"Nah PKS ini baru mau maju di pusat yah, dapil III Luwu Raya. Tapi kalau misalnya dia punya sumber daya, kemudian mampu kendalikan mesin partai di dapil III yah ada kemungkinan akan duduk (di Senayan)," katanya.
Meski demikian, Asratillah juga mengungkap kerikil kecil yang bisa menghambat elektabilitas PKS di dapil III. Hal itu disampaikannya sebab sebahagian besar petinggi PKS telah beralih ke partai Gelora.
"Tapi kan PKS ini terkendala oleh partai Gelora, karena irisan, bahkan kantong suaranya kader PKS yang direkrut di aktivitas khalaqoh dan tarbiyah itu kan banyak di Gelora, lebih ideologis lagi mereka di sana, Itu penting untuk dipertimbangkan oleh ketua PKS," paparnya.
Di sisi lain, Asratillah menilai keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) perihal sistem pemilihan menjadi penghambat banyak partai dalam bermanuver. Dia menyebut beberapa parpol saat ini masih meraba strategi politik yang harus diterapkan menghadapi pemilu 2024.
"Tapi ini juga kan belum ada kepastian putusan MK. Kapan ini tidak kepastian putusan MK maka tidak kepastian sistem pemilihan. Tidak ada kepastian sistem pemilihan, partai juga tidak ada kepastian strategi politik untuk menghadapi pemilu 2024," tandasnya.
(ata/hsr)