Pondok Batua di perkampungan Jemaah An-Nadzir Gowa, Sulawesi Selatan, merupakan pusat penerimaan tamu dan menjadi pusat kajian. Namun, tempat ini dulunya dikeramatkan oleh masyarakat terdahulu, bahkan berkembang menjadi pusat transaksi perampok.
Jarak pondok Batua dari gerbang perkampungan An-Nadzir sekitar 200 meter. Lokasinya berada di pinggiran sawah dengan dikelilingi pohon rindang.
Adapun dinamai Batua karena pondok tersebut berupa bongkahan batu dengan diameter 3 meter. Tinggi batu tersebut kurang lebih 2 meter dan berada tepat di pinggir areal persawahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pimpinan An-Nadzir Gowa Ustaz Samiruddin menjelaskan, tempat tersebut diyakini sebagai salah satu tempat persinggahan sosok yang mereka sebut Baginda Khaidir.
"Menurut kisah, Batua merupakan salah satu tempat duduk Kakek Khaidir, Baginda Khaidir," ujar Samiruddin kepada detikSulsel, Kamis (30/3/2023).
![]() |
Bahkan, dulunya Batua ini kerap dijadikan tempat melakukan berbagai perbuatan syirik. Beberapa orang mendatangi Batua untuk melakukan pemujaan, bakar kemenyang, hingga menyembah-nyembah selain kepada Allah SWT.
"Menurut cerita masyarakat, tempat ini dikeramatkan sebagai tempat pemujaan, perbuatan syirik seperti melepas ayam kemudian bakar kemenyang, menyembah-nyembahlah," kata Samiruddin.
Tidak hanya itu, sebelum lahan di kawasan ini dibebaskan dan dijadikan permukiman, Batua merupakan daerah yang sangat rawan. Lokasi ini kerap dijadikan tempat pertemuan para perampok untuk bertransaksi.
"Termasuk juga kisahnya sebagai daerah rawan, pertemuan para perampok. Misalnya, perampok Jeneponto bawa kuda dari Maros bawa sapi dan transaksi di batua," ungkapnya.
Jemaah An-Nadzir Ubah Batua Jadi Pusat Kajian
Sejak jemaah An-Nadzir datang ke Gowa dan membangun perkampungan di kawasan tersebut, Batua pun berubah fungsi. Tempat yang pada mulanya dikeramatkan dan jadi tempat kemusyrikan kini difungsikan sebagai pusat kajian.
"An-Nadzir mengubah tempat ini menjadi tempat mengaji anak-anak dan tempat belajar kalo pagi anak-anak TK dan tempat menerima tamu-tamu. Jadi berubah fungsinya menjadi sesuatu yang sangat bermakna," kata Samiruddin.
Bongkahan batu tersebut direnovasi sedemikian rupa tanpa menghilangkan bentuk aslinya. Bagian atas batu dipasangi tegel, dengan sebuah tiang yang berdiri tepat di bagian tengahnya. Terdapat pula beberapa anak tangga untuk memudahkan naik ke atas.
Agar lebih aman, di sekeliling batu juga dipasangi pagar pembatas. Di sisi luar pagar pembatas juga terdapat beberapa tiang yang dijadikan sebagai penyangga atap.
Melihat Lebih Dekat Perkampungan An-Nadzir
Perkampungan An-Nadzir berlokasi di Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Jarak perkampungan ini hanya 20 menit dari perbatasan Gowa-Makassar. Bahkan, dari kampus II UIN Alauddin, jarak tempuhnya hanya sekitar 10 menit perjalanan.
Lokasi perkampungan jemaah An-Nadzir bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Namun, akan lebih mudah jika menggunakan kendaraan roda dua karena akses jalan ke lokasi tersebut cukup sempit.
![]() |
Pada bagian depan perkampungan An-Nadzir terdapat sebuah gapura selamat datang yang didominasi warna putih dengan tulisan hijau. Pada sisi kanan tidak jauh dari gapura tersebut, terdapat masjid satu lantai bernuansa hijau hitam.
Masjid tersebut memiliki halaman yang cukup luas yang kerap digunakan jemaah An-Nadzir untuk melaksanakan sholat Idul Fitri maupun Idul Adha. Pada hari-hari biasanya, halaman masjid tersebut biasanya digunakan masyarakat untuk menjemur gabah.
Luas areal perkampungan An-Nadzir saat ini kurang lebih 5 hektar. Kawasan perkampungan ini terdiri dari permukiman dan sawah.
"Kalau perkampungannya ini sekitar 2 hektar, yang lain itu kan ada sawah. Semuanya itu hampir 5 hektar," ujar Samiruddin.
Pada awal kedatangannya, jemaah An-Nadzir hanya terdiri dari 60 Kepala Keluarga (KK) yang berasal dari Palopo. Saat ini, jemaah An-Nadzir yang bermukim di perkampungan tersebut mencapai 100 KK.
Samiruddin menjelaskan, secara keseluruhan perkampungan An-Nadzir di Kabupaten Gowa terdiri dari 4 kampung.
"Kampung Lama, Kampung Tengah, Batua, sama Kampung Baru, ada empat kampung," ujar Samiruddin.
Pondok batua sendiri berlokasi di Kampung Batua, begitu juga dengan tempat tinggal pimpinan An-Nadzir saat ini. Sementara masjid Baitul Muqqaddis An-Nadzir terletak di Kampung Tengah.
(urw/alk)