Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) menyampaikan aliran Puang Nene tetap mengakui rukun Islam. Hanya saja terdapat perbedaan pemahaman dalam memaknai Islam.
"Aliran Puang Nene belum tentu sesat. Yang sesat itu kalau tidak mengakui rukun islam, tidak mengakui nabi, tidak mengakui Alquran, dan tidak mengakui salat," kata Ketua MUI Bone Prof KH Muh Amir HM kepada detikSulsel, Senin (27/3/2023).
Amir mengatakan, tarekat bukan berarti sesat, apalagi selama mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menurutnya, tarekat itu ada berbagai macam, yakni mencari hakekat sesuatu dan mencari tuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia (aliran Puang Nene) hanya punya pemahaman yang berbeda. Selama ini dia mengakui itu tidak sesat, hanya perbedaan paham," sebutnya.
Amir menerangkan, Tim MUI yang turun melakukan klarifikasi untuk sementara menganggap aliran Puang Nene tidak sesat. Tetapi untuk keputusannya akan disampaikan oleh Tim Pakem secara gamblang.
"Kita ada pada bagian Tim Pakem juga, dan mari kita tunggu hasil pemeriksaannya. Intinya kami tidak menyatakan sesat. Saya tidak berani mengatakan sesat (aliran Puang Nene) sebelum memahami keadaan mereka," jelasnya.
Untuk diketahui, warga Bone dihebohkan dengan aliran Puang Nene yang disebut sesat karena tidak melaksanakan salat. Tetapi setelah Tim MUI dan Tim Pakem melakukan klarifikasi, aliran tersebut cenderung tidak sesat.
Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi mengatakan pihaknya belum menemukan tanda-tanda kesesatan terkait aliran Puang Nene. Aliran itu disebut hanya tarekat yang tetap menjalankan syariat Islam.
"Setelah tim bekerja membuat kesimpulan, ini belum ada tanda-tanda sesat. Hanya semacam tarekat dan tetap melaksanakan syariat Islam," kata Fahsar saat Safari Ramadan di Kecamatan Lamuru, Sabtu (25/3).
Fahsar menekankan, Tim Pakem yang diturunkan masih akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Jika terbukti sesat, akan dilakukan pembinaan.
"Tapi, masih akan diselidiki lebih lanjut oleh tim. Apakah aliran tersebut sesat atau tidak. Jikalau pun sesat tugas kita untuk mengembalikan ke jalan yang benar," jelasnya.
Aliran Puang Nene berada di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone. Aliran tersebut memiliki pengikut kurang lebih 40 orang. Aliran ini dikenal sebagai aliran Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara.
(ata/ata)











































