Arkeolog Temukan Perkakas Batu Berusia 2,9 Juta Tahun di Tepi Danau Afrika

Arkeolog Temukan Perkakas Batu Berusia 2,9 Juta Tahun di Tepi Danau Afrika

Tim detikEdu - detikSulsel
Rabu, 15 Mar 2023 22:10 WIB
fosil perkakas batu kuno di Talepu Sulsel
Perkakas purba (Foto: Tim peneliti via Nature)
Jakarta -

Arkeolog baru-baru ini menemukan alat-alat batu dan tulang-tulang binatang yang diperkirakan telah berusia 2,9 juta tahun. Perkakas itu ditemukan di sepanjang tepi Danau Victoria Afrika, Kenya.

Dilansir dari detikEdu, temuan perkakas batu dan tulang itu kemudian diteliti oleh para ilmuwan dari Smithsonian's National Museum of Natural History dan Queens College, CUNY, serta Museum Nasional Kenya, Universitas John Moores Liverpool, dan Museum Sejarah Alam Cleveland.

Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Science Daily, peneliti mengungkapkan contoh tertua dari inovasi zaman batu yang sangat penting. Para ilmuwan menyebutnya sebagai perangkat Oldowan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan perkakas batu tersebut sekaligus menjadi bukti tertua bahwa manusia purba hominid mengonsumsi sangat banyak hewan besar.

Untuk Menyembelih Hewan hingga Menumbuk Tanaman

Dari penelitian yang dilakukan, disebutkan bahwa sekitar 2,9 juta tahun yang lalu di sepanjang tepi Danau Victoria Afrika, nenek moyang manusia purba menggunakan beberapa alat batu tertua yang pernah ditemukan untuk menyembelih kuda nil dan menumbuk bahan tanaman.

ADVERTISEMENT

"Meskipun banyak bukti menunjukkan bahwa artefak tersebut kemungkinan berusia sekitar 2,9 juta tahun, artefak tersebut dapat lebih konservatif berusia antara 2,6 dan 3 juta tahun," kata penulis studi utama Thomas Plummer dari Queens College.

Para arkeolog juga melakukan analisis pola keausan pada perkakas batu dan tulang hewan dan menemukan fakta bahwa perkakas batu ini digunakan oleh nenek moyang manusia purba untuk memproses berbagai bahan dan makanan, termasuk tumbuhan, daging, dan bahkan sumsum tulang.

Perkakas atau Toolkit Oldowan mencakup tiga jenis perkakas batu: hammerstones, core dan flakes. Disebutkan bahwa mammerstones ini dapat digunakan untuk memukul batu lain untuk membuat alat atau untuk menumbuk bahan lainnya.

Disebutkan pula bahwa bagian intinya biasanya memiliki bentuk sudut atau oval. Saat dipukulkan pada sudut dengan batu palu, inti tersebut akan terbelah menjadi sepotong, atau serpihan. Potongan atau serpihan itu yang kemudian dapat digunakan sebagai ujung potong atau pengikis atau disempurnakan lebih lanjut menggunakan batu palu.

"Dengan alat ini Anda dapat menghancurkan lebih baik daripada (bagian) kaleng geraham gajah dan memotong lebih baik daripada kaleng anjing singa," kata Rick Potts, penulis senior studi tersebut dan Peter Buck dari National Museum of Natural History.

Ditemukan Fosil Manusia Purba Paranthropus

Selain menemukan alat perkakas batu, para arkeolog juga menemukan sepasang geraham besar milik kerabat dekat evolusi Paranthropus dari spesies manusia di penggalian situs bernama Nyayanga tersebut.

"Gigi itu adalah fosil Paranthropus tertua yang pernah ditemukan,dan keberadaannya di sebuah situs yang sarat dengan alat-alat batu menimbulkan pertanyaan menarik tentang nenek moyang manusia mana yang membuat alat-alat itu," terang Potts.

"Asumsi di kalangan peneliti sudah lama bahwa hanya genus Homo, yang dimiliki manusia, yang mampu membuat perkakas batu," lanjut Potts.

Sebagai informasi, serangkaian penggalian di Nyayanga telah dilakukan mulai tahun 2015. Dari penggalian yang dilakukan, telah menemukan 330 artefak (termasuk alat-alat batu/perkakas), 1.776 tulang hewan, dan dua geraham hominin yang diidentifikasi sebagai milik Paranthropus.




(urw/asm)

Hide Ads