Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) menganggap proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) yang direncanakan di Kota Makassar tidak efektif menangani persoalan sampah. Di satu sisi, Pemkot Makassar meyakini PSEL merupakan teknologi tepat dan ramah lingkungan.
Direktur Eksekutif Walhi Sulsel Muhammad Al Amin justru menuding proyek PSEL rawan menimbulkan polusi udara. Bahkan dia menganggap asap yang ditimbulkan mengandung racun dari pembakaran limbah.
"Secara substansi Walhi menolak keras pembakaran sampah untuk energi. Karena plastik juga memiliki kandungan beracun, yang kalau dibakar akan merusak kesehatan masyarakat sekitar," tegas Muhammad Al Amin kepada detikSulsel, Senin (13/3/2023).
Amin lantas membandingkan PSEL di Singapura dengan yang ada di Indonesia. Menurutnya, efektivitas PSEL di Indonesia belum bekerja maksimal.
"Singapura memang ada sampah plastik dibakar menjadi energi listrik. Tapi kalau di Indonesia itu baru satu dan listrik yang dihasilkan pun belum besar dan dampak kesehatan dan lingkungannya sudah sangat luar biasa," paparnya.
Pihaknya menganggap Makassar belum siap menghadirkan PSEL. Proyek itu disebut terlalu dipaksakan.
"Kami melihat itu Pemkot mau memaksakan rencana PSEL untuk mereduksi sampah. Dalam kajian manapun, sampah basah itu tidak layak dibakar," ucap Amin.
Menurut Amin, hingga saat ini Pemkot Makassar melalui Dinas Lingkungan Hidup juga belum secara gamblang menerangkan teknologi PSEL yang akan diterapkan. Salah satunya mengenai pembakaran sampah organik dan anorganik.
"Dinas Lingkungan Hidup tidak menerangkan secara terang teknologi seperti apa yang digunakan untuk membakar sampah basah. Karena setahu saya, sampah basah itu, yang namanya sesuatu mengandung air akan sulit untuk terbakar," urai dia.
Reduksi Sampah di Tingkat Rumah Tangga
Walhi menilai PSEL tidak efektif dijalankan dengan kondisi Kota Makassar yang belum maksimal menggencarkan reduksi sampah di tingkat rumah tangga. Sampah yang masuk di TPA Antang, Kecamatan Manggala pun masih bercampur tanpa pemilihan.
"(PSEL) Tidak terlalu efektif. Karena sampah di Makassar itu sampah plastik dan basah. Sampah plastik yang menyatu dengan organik. Jadi tidak bisa dibakar, susah," ujar Amin saat dihubungi, Rabu (8/3).
Menurut Amin, pemilahan sampah dari tingkat bawah akan mengurangi produksi sampah yang masuk ke TPA. Pasalnya sampah sudah direduksi di tingkat rumah tangga.
"Jadi tidak lagi memasukkan sampah makanan ke sampah plastik. Sekarang tinggal sampah-sampah yang kami buang ke (mobil truk) Tangkasa itu hanya tinggal plastik. Karena sampah-sampah makanannya sudah kami pisahkan dan kami olah menjadi pupuk," urai Amin.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
(sar/ata)