Melakukan suatu amalan haruslah didasari dengan ilmu. Sebab, amalan yang dilakukan tanpa ilmu akan berujung pada kesia-siaan. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam salah satu hadits Rasulullah.
Dilansir dari detikHikmah, orang yang beramal tanpa menggunakan ilmu disebut mudharat. Dikutip dari buku Menolak Kemudharatan karya Dr. H. Ahmad Syahrus Sikti, S.H.I., M.H., disebutkan bahwa mudharat secara bahasa berarti kondisi yang sangat berbahaya.
Terkait hal ini, melalui Al-Qurtubi disebutkan bahwa mudharat berarti pelarangan yang bersifat mutlak karena membahayakan atau menderitakan. Sedangkan, menurut terminologi, ahli usul fikih menyebutkan mudharat sebagai perbuatan yang tidak mengandung manfaat yang bahkan bisa melukai seseorang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalil Larangan Beramal Tanpa Berilmu
Mudharat adalah suatu perbuatan yang tidak berarti dan cenderung berbahaya. Hal ini senada dengan yang disampaikan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang mengatakan, "Tanpa ilmu, amal tiada gunanya. Sedangkan, ilmu tanpa amal adalah hal yang sia-sia."
Yang dimaksud dengan sia-sia yaitu sebagaimana yang dijelaskan dalam Kitab Zubad yang juga merujuk pada amal yang tertolak. Hal ini sesuai dengan kalimat, "Fakullaman bighairi ilmin ya'malu a'maluhu mardudatun latukbalu," yang bermakna barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka amalnya akan ditolak.
Amalan yang dilakukan tanpa didasari ilmu menyebabkan tidak adanya hal bermanfaat yang akan dihasilkan. Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an Surah Al-Isra ayat 36 menjelaskan:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا
Artinya: "Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak engkau ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
Sebagai umat muslim, hendaknya kita mengerjakan suatu amalan dengan mempertimbangkan dan mengikuti hukum Islam serta keterangan yang ada. Jangan sampai amalan yang dikerjakan hanya didasari hawa nafsu serta keinginan kita sendiri.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan Allah SWT melalui firman-Nya dalam Al-Qur'an Surah Sad ayat 26, bunyinya:
يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۢبِمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَابِ٢٦ ࣖ
Artinya: (Allah SWT berfirman,) "Wahai Daud, sesungguhnya Kami menjadikanmu khalifah (penguasa) di bumi. Maka, berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan hak dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."
Pentingnya berilmu sebelum beramal juga pernah ditekankan oleh Imam Bukhari seperti diterjemahkan Dr Rahmatullah dalam buku Wawasan Keislaman. Imam Bukhari berpendapat, amalan baik berupa perkataan maupun perbuatan bisa membawa pada penyimpangan dari syariat Islam apabila dikerjakan tanpa landasan ilmu.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Ilmu memiliki kedudukan yang tinggi dalam ajaran Islam sehingga muslim laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu.
Terkait kewajiban menuntut ilmu, Rasulullah SAW memberikan penegasan dalam hadits berikut,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim," (HR Ibnu Majah, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir No 3913).
Keutamaan orang berilmu bahkan disebutkan dalam Al-Qur'an surah Fathir ayat 28. Allah SWT berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ - ٢٨
Artinya: "Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun."
Dalam salah satu hadis, Rasulullah SAW bahwa menyebutkan bahwa orang yang berilmu lebih utama dibandingkan dengan ahli ibadah. Rasulullah menggambarkan keutamaan orang yang suka mencari ilmu dibandingkan dengan yang ahli beribadah adalah seperti keutamaan bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.
وقال صلى الله عليه وسلم فَضْلُ العَالِمِ عَلىَ العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ عَلىَ سَائِرِ الكَوَاكِبِ
Artinya: Nabi SAW bersabda, "Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya." (HR At-Tirmidzi)
(urw/alk)