Proses pencocokan dan penelitian atau coklit pemilih yang dilakukan petugas pemutakhiran data pemilih (Pantarlih) di Sulawesi Selatan (Sulsel) punya beragam cerita. Ada yang digigit anjing, keguguran, hingga meninggal dunia karena sakit.
Cerita tersebut diungkap komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel Uslimin. Dia mengatakan ada sejumlah kejadian khusus yang dialami Pantarlih selama 10 hari pertama coklit di Sulsel.
"10 hari pertama coklit itu di Sulsel terdapat kejadian khusus. Yaitu satu Pantarlih meninggal dunia di Pinrang, satu Pantarlih keguguran di Bulukumba. Pantarlih yang meninggal namanya Syamsul. Kemudian yang keguguran itu Musdalifa," ungkap Uslimin kepada detikSulsel, Rabu (1/3/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, juga dilaporkan ada 25 Pantarlih yang terlibat kecelakaan lalu lintas (lakalantas) saat bertugas melakukan coklit. Jenis kecelakaannya pun beragam, mulai dari kecelakaan tunggal hingga tabrakan.
"Ada yang lakalantas tunggal jatuh sendiri, ada yang tabrakan. Satu pantarlih yang terjatuh dari tangga warga setelah mencoklit karena tangganya licin. Jadi yang kecelakaan ada 26," terangnya.
Uslimin juga menyebut ada 13 Pantarlih yang masuk rumah sakit. Dua orang di antaranya ialah Pantarlih yang meninggal dunia di Pinrang dan keguguran di Bulukumba.
"Kemudian ada tiga orang yang digigit anjing. Satu di Toraja, satu di Pinrang, satu di Barru. Kemudian satu orang dipatuk angsa, itu juga di Pinrang," ungkapnya.
Selain itu, Uslimin juga mengatakan ada 42 Pantarlih yang diganti. Pergantian ini dilakukan dengan beragam alasan, mulai dari mengundurkan diri, hingga ada yang promosi menjadi panitia pemungutan suara (PPS).
"Ada 42 Pantarlih yang kami ganti. Dari Makassar itu diganti karena mundur. Ada mundur hari pertama, kedua, ketiga. Begitu cuaca ekstrem di Makassar mereka sudah gentar makanya mundur, 18 orang diganti," tuturnya.
"Kemudian 15 orang yang mundur dan diganti di Wajo. 4 orang atas rekomendasi Bawaslu karena ketahuan yang bersangkutan bukan warga desa setempat," imbuhnya.
Sementara di Enrekang, ada satu Pantarlih yang diganti lantaran mendapat promosi menjadi PPS. Hal ini karena anggota PPS sebelumnya juga promosi menjadi panitia pemilihan kecamatan (PPK).
"Satu orang di Enrekang itu dia promosi jadi PPS. Jadi pantarlih menjadi PPS. Karena PPS-nya juga promosi menjadi PPK," pungkasnya.
(asm/ata)