Kaum introvert biasanya akan bertingkah berbeda dengan orang-orang pada umumnya, seperti tidak banyak bicara. Namun siapa sangka, kaum introvert justru memiliki kualitas tersendiri.
Hal tersebut diungkap Friederika Fabritius, pakar neurosains terkemuka di Amerika Serikat. Dia menilai kaum ekstrover maupun introvert memiliki kualitas yang berbeda-beda.
"Tetapi penelitian menunjukkan bahwa introvert mungkin lebih unggul," cetusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, ada 4 kekuatan kaum introvert, seperti dikutip detikINET dari CNBC:
Lebih Banyak Berpikir
Sebuah studi Harvard menemukan otak introvert bekerja secara berbeda, dan memiliki materi abu-abu lebih tebal dibanding ekstrovert. Pada orang yang sangat ekstrovert, materi abu-abu secara konsisten lebih tipis.
Selain itu, introvert juga menunjukkan lebih banyak aktivitas di lobus frontal, tempat analisis, dan pemikiran rasional berlangsung. Dalam studi lainnya yang memindai otak introvert dan ekstrovert menemukan bahwa, bahkan di kondisi rileks, otak introvert lebih aktif, dengan adanya peningkatan aliran darah.
Bisa Fokus Lebih Lama
Saat Albert Einstein, seorang introvert masih kecil, gurunya mengira dia penyendiri yang pendiam dan tenggelam dalam pikirannya. "Itu karena saya bertahan dengan masalah lebih lama," kata Einstein. Kemampuan fokus secara intens ini merupakan karakteristik kunci dari introvert, yang seringkali memiliki fokus lebih lama dari ekstrovert.
Dengan waktunya untuk sendiri, maka maka introvert cenderung lebih rela daripada ekstrovert menghabiskan waktu sendirian yang dibutuhkan untuk menguasai suatu keterampilan.
Sering Berbakat di Bidang Tertentu
Introvert dan ekstrovert rata-rata memiliki kecerdasan yang sama. Namun statistik menunjukkan bahwa sekitar 70% orang berbakat adalah introvert.
Orang dianggap "berbakat" saat mereka menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata atau bakat unggul untuk sesuatu. Misalnya musik, seni, atau matematika.
Cenderung Lakukan Hal yang Benar
Introvert juga cenderung kurang terpengaruh pada peristiwa eksternal dan lebih didorong untuk moral batin mereka. Sebuah studi tahun 2013 tentang konformitas sosial menemukan ekstrovert lebih bersedia mengikuti pendapat mayoritas, meski salah. Orang ekstrovert juga lebih cenderung menyerah pada tekanan sosial daripada introvert.
Akhirnya, para peneliti menyimpulkan makin tinggi tekanan, semakin banyak tanggapan atau reaksi yang diberikan oleh ekstrovert. Sebaliknya, tak ada perbedaan dalam menyesuaikan tanggapan yang diberikan saat tekanan tinggi dan rendah oleh introvert.
(asm/alk)