Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sinjai, Sulawesi Selatan (Sulsel) bakal mengalokasikan anggaran Rp 300 juta untuk memperbaiki jembatan bambu reyot yang menjadi akses siswa ke sekolah. Alokasi dana itu dengan asumsi pembangunannya dengan skema jembatan gantung.
"Kalau jembatan permanen sekitar Rp 10 miliar dengan panjang 60 meter. Sedangkan jembatan gantung yang dimaksud diestimasikan akan memakan anggaran kurang lebih Rp 300 juta," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sinjai Haris Achmad kepada detikSulsel, Senin (6/2/2023).
Lokasi jembatan tersebut terletak di Dusun Bonto Songing dan Dusun Mattoanging Polewali, Kecamatan Sinjai Selatan. Jembatan yang rencana dibangun ini bakal menggantikan jembatan bambu yang sudah reyot.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun Haris menyebut pihaknya belum memutuskan model pembangunan jembatan di lokasi tersebut. Pihaknya juga mempertimbangkan ketersediaan anggaran.
"Belum ada keputusan apakah jembatan gantung atau permanen. Tergantung ketersediaan dana yang ada nantinya, tetapi secara teknis kami dari dinas PUPR lebih efektif jembatan gantung," ucapnya.
Haris menjelaskan, perbaikan jembatan ini sesuai instruksi Bupati Sinjai Andi Seto Gadhista Asapa. Tujuannya untuk memperpendek jarak warga beraktivitas dan memudahkan anak sekolah menyeberang sungai.
"Jadi rencananya jembatan yang bakal dibangun ini adalah akses alternatif untuk memperpendek jarak warga beraktivitas. Apalagi telah ada jembatan di poros utama penghubung Songing-Polewali. Insyaallah secepatnya bisa kita realisasikan sesuai petunjuk Bapak Bupati," jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, Bupati Sinjai Andi Seto Gadhista Asapa memastikan pembangunan jembatan dilakukan dalam waktu dekat. Hal ini agar siswa di wilayah tersebut tidak kesulitan jika hendak menuju ke sekolah.
"Insyaallah dalam waktu dekat akan dibangun jembatannya. Agar siswa tidak lagi kesulitan menyeberang ke sekolah," kata Andi Seto Gadhista Asapa saat dikonfirmasi, Sabtu (4/2).
Sekadar diketahui, sejumlah siswa Madrasah Aliyah (MA) Muhammadiyah Songing, Kabupaten Sinjai terpaksa melintasi jembatan penyeberangan dari bambu dengan kondisi reyot demi ke sekolah. Mereka nekat bertaruh nyawa melintasi jembatan yang di bawahnya mengalir sungai berarus deras.
Akses itu merupakan akses alternatif yang tidak hanya siswa menyeberanginya, bahkan warga setempat. Namun kalau terjadi banjir akan menyulitkan warga, apalagi jembatan yang terbuat dari bambu kadang rusak ketika diterjang banjir.
(sar/hsr)