Wakil Bupati Kepulauan Selayar Saiful Arif menjelaskan kondisi terkini air laut yang berubah menjadi warna hijau. Saiful mengaku saat ini warna hijau air laut sudah mulai berkurang, namun bau busuk dan sejumlah ikan mati dilaporkan masih terjadi.
Hal itu diungkapkan Saiful usai mengunjungi lokasi air laut yang berubah warna di Desa Parak, Kecamatan Bontomanai pada Minggu (23/1). Pihaknya banyak mendapat informasi dari warga terkait situasi yang sempat heboh di media sosial itu.
"Saya temukan ada warga di situ kemudian sempat ngobrol dia katakan bahwa ikan sudah semakin berkurang (mati) di lokasi itu, kemudian bau busuk juga berkurang," kata Saiful kepada detikSulsel, Minggu (22/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan informasi yang diterima dari warga, Saiful mengaku perubahan warna menjadi hijau turut dipengaruhi pasang surut air laut. Ketika air surut, warna kehijauan sudah mulai berkurang.
"Warna air laut juga itu ternyata ada hubungannya air pasang air surut. Kalau pasang airnya menjadi menajam lagi (kehijauan)," ujarnya.
"Tadi petugas (Dinas) Lingkungan Hidup saya tanya kapan terakahir ke sana. Jam 9 tadi pagi itu warna hijaunya sudah berkurang drastis," tambah Saiful.
Menurutnya, ikan di laut itu mati akibat kekurangan oksigen. Dia turut membantah soal isu adanya pencemaran lingkungan akibat industri sehingga air laut berubah menjadi hijau.
"Saya katakan tidak ada pabrik, tidak ada industri yang ada di situ, sehingga kemungkinan besar menurut ahli ikan mati ini karena kekurangan oksigen bukan karena keracunan," paparnya.
Namun Saiful enggan berspekulasi lebih jauh terkait dampak atas kondisi air laut menjadi warna hijau. Pihaknya menyerahkan hal itu kepada ahli sembari menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
"Tapi kita tidak tahu itu, ahlinya yang tahu. Kita cuman melihat kejadian di alam, apakah ada hubungannya secara alami atau tidak itu hanya gejala yang kita lihat," ucapnya.
Pihaknya sebelumnya sudah mengambil sampel air laut dan ikan di lokasi. Sampel itu kemudian dikirimkan untuk diperiksa ke laboratorium di Kota Makassar.
"Menunggu pernyataan resmi dari laboratorium Unhas dan laboratorium karantina ikan di Makassar. Janjinya mereka (hasil pemeriksaan keluar) Selasa," sebut Saiful.
Untuk diketahui, fenomena air laut berubah menjadi warna hijau terjadi sejak Selasa (17/1). Air laut tiba-tiba berubah menjadi warna hijau hingga ke pesisir Jalan Mursalim Daeng Mamangung, Kelurahan Benteng Utara, Kecamatan Benteng.
Kondisi tersebut disertai bau busuk yang menyengat. Warga menemukan banyak ikan mati di pesisir pantai Jalan Mursalim Daeng Mamangung.
Simak penjelasan ahli di halaman berikutnya.
Penjelasan Ahli Ekologi
Ahli Ekologi Laut Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Prof Ambo Tuwo turut angkat bicara terkait fenomena air laut di Selayar berubah menjadi hijau. Dia menjelaskan penyebab sehingga fenomena itu bisa terjadi.
"Jadi itu (air laut) hijau namanya blooming. Itu blooming artinya populasinya itu meledak, jadi populasi plankton itu banyak sekali," jelas Prof Ambo kepada detikSulsel, Jumat (20/1).
Fenomena blooming ini, lanjut Prof Ambo, disebabkan oleh adanya suplai bahan organik dari darat yang masuk ke laut. Hal ini yang kemudian memicu populasi plankton di lautan bertambah secara drastis.
"Karena ada bahan organik berlebihan, maka fotosintesa mikroalgae, itu tumbuhan kecil di dalam air, yang populasinya meledak," ungkapnya.
Prof Ambo juga menjelaskan, ikan di laut yang airnya berubah menjadi hijau tetap aman dikonsumsi. Namun, dia menuturkan ikan yang sudah terlanjur mati sebaiknya tidak dikonsumsi, terutama yang kondisinya sudah membusuk.
"(Tapi kalau) Sudah jadi bangkai, sudah busuk, jangan (dikonsumsi)," imbuhnya.