RS Pinrang Harap Pemda Tingkatkan Akses Faskes Buntut Ibu Hamil Ditandu 7 Km

ADVERTISEMENT

RS Pinrang Harap Pemda Tingkatkan Akses Faskes Buntut Ibu Hamil Ditandu 7 Km

Muhclis Abduh - detikSulsel
Kamis, 19 Jan 2023 21:25 WIB
Ibu hamil di Pinrang ditandu pakai sarung.
Foto: Ibu hamil di Pinrang ditandu pakai sarung. (Dok. Istimewa/Tangkapan Layar)
Pinrang -

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lasinrang Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) menilai perlunya peningkatan akses fasilitas kesehatan (faskes) yang mudah dan cepat. Hal ini buntut adanya kasus kematian ibu hamil bernama Asmia (33) dan bayinya usai ditandu 7 kilometer menggunakan sarung.

Kabid Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Lasinrang, dr. Amar Maruf menilai upaya itu perlu diperhatikan pemerintah daerah (pemda) bersama pihak kecamatan dan desa. Harapannya agar kejadian itu tidak terulang.

"Yang berwenang sebenarnya itu Pemda yakni Dinkes, desa dan kecamatan melihat kebutuhan (ibu hamil yang akan melahirkan) agar bisa mencegah kematian maternal dan perinatal bagi ibu hamil," imbuh Amar kepada detikSulsel, Kamis (19/1/2023).

Dia menuturkan pentingnya pemerataan akses faskes di semua wilayah. Di satu sisi, nakes juga akan dimudahkan melakukan penanganan di tempat jauh jika akses memadai.

"Yang utama akses tenaga (tenaga kesehatan) di tempat itu yang bisa mencegah kematian maternal dan perinatal," ungkapnya.

Dokter ahli kandungan ini menjelaskan, dari sisi fasilitas kesehatan dan penanganan dari nakes atas kasus tersebut pada dasarnya sudah sesuai dengan SOP. Namun memang menurut dia perlu ada optimalisasi, terutama untuk penanganan kasus darurat.

"Sudah tepat penanganannya, kan juga ada rumah tunggu kelahiran (RTK). Tetapi ini cuman ditanggung seminggu, nah kedepan kan misalnya dalam kondisi patologis (kehamilan bermasalah) dia butuh 2 minggu sebelum persalinan," paparnya.

Namun Amar menuturkan, akses yang sulit membuat warga tidak punya pilihan selain menandu ibu hamil. Padahal jika akses memadai, lebih bagus jika dibawa memakai motor dan mobil.

"Itu pilihan yang bisa dilakukan saat itu (ditandu). Andaikan bisa dibonceng, tetapi jarak kan jauh makanya memotong jalan terdekat (dengan ditandu)" ucap Amar.

Sementara dalam kasus kematian Asmia dan bayinya usai ditandu 7 km, juga dipengaruhi adanya jadwal persalinan yang di luar prediksi. Asmi sebelumnya ditaksir akan melahirkan di bulan Februari, tetapi melahirkan sebelum masuk ke bulan Februari.

"Namanya taksiran persalinan itu bisa maju lebih cepat seminggu bisa maju dua minggu. Itu juga relatif tergantung juga jawaban ibu hamil kapan tanggal haid berhenti. Jadi ada 2 sampai 3 alat untuk konfirmasi taksiran persalinan," tandasnya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pinrang melakukan Audit Maternal Paternal (AMP) untuk menelusuri penyebab kematian Asmia dan bayinya. Hasil sementara, keduanya meninggal karena persalinan yang lambat ditangani.

"Tentu kan sebelumnya tidak meninggal bayinya, dalam proses persalinan yang lama itu yang menyebabkan infeksi awal dan bisa membuat meninggal janin," paparnya.

Asmia ditandu sejumlah warga menggunakan sarung dengan sebilah bambu sejauh 7 kilometer pada Jumat (6/1). Asmia dibawa dari kediamannya di Dusun Buttu Batu, Desa Kariango menuju Desa Bakaru, Kecamatan Lembang, Pinrang.

Asmia sempat ditangani di puskesmas hingga akhirnya dirujuk ke RSUD Lasinrang. Namun bayinya meninggal sebelum dilahirkan, hingga sehari setelahnya Asmia pergi menyusul bayinya.



Simak Video "Pilu Ibu Hamil dan Bayi di Pinrang Wafat Usai Ditandu 7 Km ke Puskesmas"
[Gambas:Video 20detik]
(sar/ata)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT