Mapala Teknik Unhas Bantah Ada Kekerasan saat Diksar di Maros

Mapala Teknik Unhas Bantah Ada Kekerasan saat Diksar di Maros

Reinhard Soplantila - detikSulsel
Senin, 16 Jan 2023 10:43 WIB
Ketua Mapala 09 Fakultas Teknik Unhas Ibrahim.
Foto: Ketua Mapala 09 Fakultas Teknik Unhas Ibrahim. (Reinhard Soplantila/detikSulsel)
Makassar -

Keluarga Virendy Marjefy (19), mahasiswa yang meninggal saat mengikuti diksar Mapala Teknik Unhas di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) menduga ada kekerasan terhadap korban. Namun, dugaan adanya kekerasan itu dibantah Mapala Teknik Unhas.

"Yang pertama ini kegiatan pendidikan dasar ini kita bukan kali pertama kita lakukan ini sudah 27 kali sampai yang kemarin dan dari kami sangat terpukul dengan kondisi kemarin kondisinya itu bukan kita yang minta tidak diinginkan oleh siapapun," ujar Ketua Mapala Teknik Unhas Ibrahim kepada wartawan, Minggu (15/1/2023) malam.

Ibrahim menjamin tidak terjadi kontak fisik saat proses diksar itu berlangsung di Maros, sejak hari Senin hingga hari Jumat. Mereka hanya melakukan pembinaan sebelum diksar itu berlangsung dengan membekali persiapan materi maupun latihan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dari pihak panitia tidak ada sama sekali kekerasan kontak fisik yang ada kita hanya melatih fisiknya untuk bagaiamana dia caranya bisa disiplin dan lain-lain. Ini sebelum perjalanan kan ada persiapan mulai dari jogging, bina materi, latihan simulasi renang dan lain-lain," jelas Ibrahim.

Persiapan dan pembekalan itu dilakukan kepada 25 orang calon peserta yang akan mengikuti diksar, Namun setelah penjaringan hanya 10 orang yang lolos mengikut seleksi termasuk korban. Hal ini untuk memastikan para peserta dan panitia siap untuk mengikut kegiatan diksar.

ADVERTISEMENT

"Karena kita memang untuk melaksanakan pendidikan dasar ini kita sudah lakukan persiapan dengan sangat matang," sebut Ibrahim.

Polisi Usut Dugaan Kekerasan

Keluarga Virendy Marjefy membawa kasus ini ke ranah hukum dengan membuat laporan ke Polres Maros. Pihak kepolisian sudah menerima laporan keluarga dan akan turun tangan menyelidikinya.

"Pihak korban membuat pengaduan bahwa diduga adanya kekerasan di kegiatan diksar tersebut," ujar Kasat Reskrim Polres Maros Iptu Slamet kepada detikSulsel, Minggu malam (16/1).

Slamet mengatakan setelah menerima laporan tersebut pihaknya langsung melakukan penyelidikan. Polisi kini tengah melakukan kordinasi dengan pihak Polsek setempat untuk mendapatkan informasi.

"Pihak kepolisian sampai saat ini melakukan full baket kordinasi dengan polsek terkait TKP yang jaraknya jauh dari kota di mana di sana tidak ada jaringan," kata Slamet.

Slamet mengatakan pihaknya meminta keluarga untuk segera melakukan autopsi kepada jenazah Virendy. Namun pihak keluarga korban menolak melakukan autopsi.

"Untuk sampai saat pihak kepolisian Polres Maros telah memberikan saran kepada korban untuk melakukan autopsi namun dari pihak korban belum bersedia melakukan autopsi alasannya bahwa setelah dirapat oleh pihak keluarga yang diwakili oleh saudara Rian, memberikan kepada kami bahwa kami telah mengikhlaskan almarhum mungkin sudah jalan Tuhan dan itu menduga tidak ada tindakan kekerasan," jelasnya.

Meski demikian, Slamet menegaskan, polisi tetap melakukan penyelidikan terkait kasus diksar Mapala Tehnik 09 Unhas yang menghilangkan nyawa Virendy Marjefy. Polisi juga akan segera memanggil dan memeriksa sejumlah pihak terkait ke Mapolres Maros.

"Kami tetap melakukan proses penyelidikan terkait dengan panitia penyelanggara dan kami akan melakukan klarifikasi kepada panitia, peserta dan warga sekitar," kata Slamet.




(hsr/asm)

Hide Ads