Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Virendy Arjefy (19) meninggal dunia saat mengikuti diksar Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dugaan sementara korban meninggal akibat kelelahan setelah 5 hari mengikuti kegiatan diksar.
Virendy meninggal dunia di lokasi diksar di Maros pada Jumat (13/1) malam. Jasad korban baru dapat dievakuasi ke rumah sakit (RS) Grestelina Makassar pada Sabtu (14/1).
Dirangkum detikSulsel, Senin (16/1/2023) berikut 5 hal tentang kematian mahasiswa teknik Unhas saat mengikuti diksar Mapala.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Korban Mengeluh Kelelahan
Ketua Mapala 09 Fakultas Teknik Unhas, Ibrahim menyebut korban sempat mengeluh kelelahan. Hal tersebut disampaikan korban ke panitia saat sedang perjalanan pada malam hari.
"Ya untuk kronologinya itu pada tanggal 13 kemarin malam sekitar pukul 20.40 almarhum itu dia mengeluh kecapean terus dia sementara terus berjalan dia duduk terus dia bilang kak capek saya capek," ujar Ibrahim kepada wartawan, Sabtu malam (14/1).
Mendengar keluhan korban, panitia kemudian memberikan waktu istirahat kepada korban dan sejumlah makanan. Setelah itu, korban kembali melanjutkan perjalanan namun sangat lambat.
"Makanya dari panitia kan sudah diwanti-wanti jangan sampai ada kenapa-kenapa jadi panitia langsung ke depan dikasih air minum dikasih snack-snack, setelah itu ditanya Viren oke mi? Setelah itu lanjut lagi tetapi jalannya makin lambat, makin lambat itu tiba di sekitar jam 10 malam almarhum ini sudah halusinasi kalau ditanya A dia jawab B, begitu terus kayak sembarang dia bilang," jelas Ibrahim.
Menurut Ibrahim, saat itu kondisi tubuh korban tidak demam. Korban disebutnya hanya mengeluh kelelahan.
"Kalau pada saat itu tidak demam. Memang dia mengeluh kecapean," sebutnya.
2. Korban 2 Kali Tumbang
Panitia pun memutuskan untuk mengevakuasi korban dan mencari pertolongan medis setelah korban dua kali tumbang. Namun kondisi dan jarak lokasi diksar yang jauh dari jalan umum membuat korban meninggal di perjalanan saat dievakuasi.
"Sebelumnya itu di pukul 22.00 Wita korban itu oleng terus halusinasi terus tumbang. Dia sempat tumbang terus kami dari panitia untuk kasih kembali kesadarannya dia masih sempat duduk pada saat itu.
"Setelah dia pingsan, masih sempat duduk untuk cerita lagi masih ada kesadaran untuk berkomunikasi. Korban meninggal saat dievakuasi ke bawah," imbuh Ibrahim.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya...
3. Kelelahan Sejak Latihan di Kampus
Ibu Virendy Marjefy, Pemilo Tanjung mengaku sempat melarang anaknya mengikuti kegiatan tersebut. Apalagi anaknya sempat mengeluh kelelahan karena latihan di kampus sebelum mengikuti diksar.
"Saya sempat tanya kamu mampu ya? Karena ini kan hujan, cuaca kurang bagus toh, tapi dia bilang iya mama saya mampu," kata, Pemilo kepada wartawan, Sabtu (14/1) malam.
"Sempat saya larang tapi dia mau, dia ada izin ke saya, tapi (izinnya) nanti sudah setelah mau pergi pada hari Senin kemarin," ujar Pemilo menambahkan.
Pemilo menegaskan selama ini anaknya tidak memiliki riwayat penyakit. Anaknya hanya mengeluh kelelahan saat mengikuti latihan di kampus sebelum diksar berlangsung.
"Tidak pernah sakit dia. Kecuali kelelahan sejak latihan dulu sama ikut langsung itu dia sudah kecapean," sebut Pemilo.
4. Terdapat Luka Lebam di Tubuh Korban
Keluarga Virendy Marjefy menilai ada kejanggalan dibalik kematian korban saat mengikuti diksar Mapala Teknik Unhas. Pasalnya terdapat sejumlah luka lebam di tubuh korban yang diduga akibat kekerasan.
"Yah kalau kita keluarga melihat kondisi korban ada kecurigaan (tindak kekerasan)," kata ayah Virendy, James kepada detikSulsel saat ditemui di kediamannya di Makassar, Minggu (15/1).
James mengungkapkan luka lebam itu berada di kaki, tangan, dan punggung korban. Luka-luka tersebut diyakini akibat tindakan kekerasan yang dialami korban selama mengikuti diksar.
"Iya, di kaki bagian kiri, ada juga bagian sininya lebam biru di tangan, bagian belakang (punggung) juga," ungkapnya.
Baca selengkapnya di halaman berikutnya...
5. Keluarga Lapor Polisi
Keluarga Virendy Marjefy membuat laporan ke polisi terkait kematian korban. Keluarga menganggap kematian Virendy tidak wajar.
"Baru, ini baru mau ke kantor polisi," kata ayah Virendy, James kepada detikSulsel, Minggu (15/1).
James melaporkan kejadian yang menimpa anak ketiganya itu karena menemukan kejanggalan. Dia melaporkan organisasi Mapala Teknik Unhas.
"Yang kita laporkan organisasinya dan pasti ikut mi juga kampusnya, karena kan ada yang melepaskan intinya berdua mi di situ," ujarnya.
James menuturkan sempat membuat laporan di Polrestabes Makassar namun diarahkan ke Maros. Sebab korban meninggal di Maros.
"Maros, karena sudah melapor kemarin ke Polrestabes, dia bilang ke Maros ki karna TKP-nya di sana," terangnya.