Ketua Aliran Bab Kesucian Ungkap Pengikut Banyak Pergi gegara Dituding Sesat

Ketua Aliran Bab Kesucian Ungkap Pengikut Banyak Pergi gegara Dituding Sesat

Agil Asrifalgi - detikSulsel
Selasa, 03 Jan 2023 17:02 WIB
Penampakan Yayasan Nur Mutiara Makrifatullah, Gowa.
Penampakan Yayasan Nur Mutiara Makrifatullah, Gowa. Foto: Agil Asrifalgi/detikSulsel
Gowa -

Ketua Yayasan Nur Mutiara Makrifatullah yang menaungi pengajaran Bab Kesucian di Gowa, Hari Minallah Aminnullah Ahmad alias Bang Hadi mengaku banyak anak binaannya yang pergi. Dia menyebut hal ini terjadi karena tudingan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan (Sulsel).

"Sekarang sudah banyak yang pulang gara-gara dibilang sesat," kata Bang Hadi saat berbincang dengan detikSulsel di Gowa, Rabu (3/1/2023).

Dia mengatakan para anak binaannya itu bisa mati kelaparan. Alasannya adalah karena dia menggratiskan segala kebutuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Matilah, semua pulang kampung besok karena disini kan gratis nda bayar. Makan, minum, baju, buku-buku semua ditanggung. Bertangisanlah semua besok itu kalau saya tutup ini," katanya.

Bang Hadi pun menjelaskan bahwa yayasan tersebut memiliki anak binaan sekitar 100 orang dan difasilitasi makan, baju serta tempat tinggal gratis. Ia mengatakan bahwa kekayaan tidak memiliki arti ketika tidak bisa membantu orang susah.

ADVERTISEMENT

"Kalau sama ininya mau 100 lah, tiap hari itu dikasi makan dikasi minum dikasi baju itu siapa mau bantu saya? saya kan orang kaya mau dikasi mana duit, untuk apa kau kaya tapi kau tidak kasi makan orang susah," ujarnya.

Dia juga mengatakan anak-anak yang tinggal di yayasan sebagian besar anak yatim-piatu. Menurutnya, hal tersebut tak diketahui oleh pihak MUI Sulsel yang menyoroti yayasannya yang dinilai sesat.

"Anak yatim, anak tidak diurus yang tidak ada bapaknya, tidak ada mamanya, anak telantar. Apakah MUI tahu itu? Apakah MUI kasi makan mereka? Kasi baju?," ucap Hadi dengan tegas.

Untuk diketahui yayasan Nur Mutiara Makrifatullah beroperasi di Gowa sejak 2011 dan memiliki izin dari Kemenkumham sejak 2019. Anak yayasan yang tinggal juga sebagian dari luar daerah maupun luar pulau Sulawesi.

"2019 SK-nya. Kalau pengajiannya dari nenek lah. diizinkan, dapat izin dari Kementerian itu 2019," tuturnya.

"Dari Enrekang, Polewali, Makassar, Batam, Medan, Padang, Kalimantan, semualah satu Indonesia," tambahnya.




(hmw/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads