Jatuh cinta berhubungan dengan pelepasan bahan kimia otak utama dari bagian otak tertentu. Ini dikemukakan seorang dosen ilmu saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins di Baltimore, Amerika Serikat, Dr Gül Dölen.
Dilansir detikEdu, Jumat (30/12/2022) hipotalamus adalah salah satu daerah otak yang dimaksud. Daerah multifungsi seukuran kacang almond ini melepaskan hormon oksitosin, atau yang disebut sebagai "zat kimia cinta", jauh di dalam otak.
Oksitosin adalah hormon khusus yang mendorong sebuah ikatan. Hormon ini dilepaskan saat melahirkan, menyusui, orgasme, dan dipeluk, oleh sel-sel di hipotalamus ke kelenjar pituitari, di mana ia disimpan untuk digunakan nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengertian Cinta Menurut Ahli
Dölen menyampaikan, hal pertama yang harus diperjelas ialah apa yang dimaksud dengan cinta. Ini penting sebelum memahami lebih jauh tentang kondisi otak dan bagaimana kaitannya dengan jatuh cinta.
"Kami memiliki satu kata dalam bahasa Inggris (love). Orang Yunani memiliki enam kata untuk berbagai jenis cinta, dari hasrat seksual hingga persahabatan, hingga cinta kemanusiaan yang mendalam," ungkapnya, dikutip dari laman Live Science.
Dölen mengatakan tidak semua cinta terlihat sama di otak dengan jenis cinta yang berbeda. Sebagai contoh cinta romantis, ikatan orang tua, atau kasih sayang teman, memiliki kekuatan yang berbeda.
Meskipun semua perasaan tersebut melibatkan bahan kimia otak yang sama sampai batas tertentu, semuanya tidak berasal dari neuron atau sel saraf yang sama di otak.
Dia dan rekan-rekannya menemukan bahwa cinta romantis berasal dari neuron magnoselular di hipotalamus. Sedangkan, bentuk cinta lainnya berasal dari neuron parvoselular.
Oksitosin Membanjiri Otak
Lebih lanjut, penelitian mereka yang dilaporkan dalam Neuron Journal, mengungkap alasan lain mengapa cinta romantis menguasai indera setiap orang.
"Bukan hanya masalah ukuran. Jatuh cinta melepaskan 60.000 hingga 85.000 molekul oksitosin dalam neuron magnoselular. Ini jauh lebih banyak daripada di neuron yang lebih kecil, yang melepaskan 7.000 hingga 10.000 molekul," ungkap Dölen.
Menurut Dölen begitu dilepaskan, molekul oksitosin cinta romantis dan cinta yang memiliki ikatan bertindak berbeda. Ketika oksitosin meninggalkan neuron magnoselular (sel oksitosin cinta romantis), ia memasuki aliran darah dan cairan serebrospinal yang bersirkulasi, yang menggenangi otak.
Dikatakannya, di mana pun ia bertemu dengan sel yang memiliki reseptor oksitosin yakni kelenjar adrenal, rahim, payudara, dan otak, akan mengikat dan mengaktifkan reseptor tersebut.
Respons reseptor bervariasi menurut organ, tetapi mencakup laktasi, penekanan respons stres, dan perasaan cinta, termasuk keterikatan dan euforia.
"Cinta besar membanjiri seluruh otak. Itu sebabnya semuanya berbunga-bunga," kata Dölen.
Sebaliknya, "Otak Anda melepaskan jumlah oksitosin yang jauh lebih kecil dari neuron yang lebih kecil."
Ketika oksitosin meninggalkan neuron parvoselular (sel cinta oksitosin platonis), itu hanya dikirim ke sinapsis tertentu di otak dan tidak membasahi otak atau memasuki aliran darah.
Studi Bagaimana Cinta Mengubah Otak
Sandra JE Langeslag, seorang profesor ilmu psikologi di University of Missouri-St. Louis, telah mempelajari bagaimana cinta mengubah otak secara real-time.
Sandra dan ahli saraf lainnya melakukan pemindaian otak dan menemukan bahwa bagian otak mendapatkan lebih banyak oksigen (proksi untuk aliran darah dan aktivitas otak) ketika orang melihat foto orang yang mereka cintai, dibandingkan dengan ketika melihat kenalan.
Langeslag juga menggunakan electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas otak saat subjek diperlihatkan foto tersebut.
Tes mengungkapkan bahwa otak orang lebih terang ketika melihat gambar pasangan mereka.
"Kami menyimpulkan bahwa orang lebih memperhatikan orang yang mereka cintai daripada orang asing yang cantik atau teman mereka," tutur Sandra.
(asm/alk)