Sebanyak 800 warga di dua desa di Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni Desa Panarang dan Desa Alitta diterjang banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pinrang pun menurunkan perahu karet di lokasi.
Pantauan detikSulsel di Jalan Poros Desa Panarang-Alitta, Senin (26/12/2022) sekitar pukul 18.00 Wita, banjir sekitar 1 meter menerjang wilayah tersebut. Tampak sejumlah petugas BPBD siaga di wilayah terdampak.
![]() |
BPBD terlihat menyiapkan perahu karet yang digunakan untuk mendistribusikan makanan ke warga yang memilih bertahan di rumah masing-masing. Alasannya karena jenis rumah mereka adalah rumah panggung yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di wilayah itu, tim Dinsos Pinrang pun tampak membuat dapur umum untuk menyuplai makanan ke warga. Ada juga posko kesehatan dari Dinkes untuk mengecek kondisi warga yang terdampak.
"Jadi ini ada banjir kiriman dari luapan Sungai Kariango di Kecamatan Mattiro Bulu, dua desa yakni Desa Alitta dan Desa Pananrang terdampak," ungkap Kepala Pelaksana BPBD Pinrang, Rhommy Manule saat ditemui detikSulsel, Senin (26/12).
Rhommy menjelaskan jumlah warga terdampak di dua desa diperkirakan sekitar 800-an jiwa. Terdiri dari 300-an jiwa di Desa Panarang dan 500-an warga di Desa Alitta.
"Sekitar 800-an (jiwa) yang terdampak. Kami sementara melakukan proses distribusi dengan memakai perahu karet ke rumah masing-masing warga," jelasnya.
Pihaknya menjelaskan ketinggian banjir sekitar 1 meter dan merendam rumah warga di dua desa tersebut. Hanya saja rata-rata warga masih memilih bertahan di rumah masing-masing.
"Itu kan rumah panggung banyak, jadi masih cukup tinggi. Makanya kita dibantu Dinsos mendistribusi makanan memakai perahu karet, tetapi kita akan evakuasi jika ada yang meminta," paparnya.
Selain permukiman warga, sawah milik warga juga banyak yang terendam di beberapa titik. Namun ia mengaku masih mendata dalam, namun dia menaksir ada ratusan hektare sawah terendam.
"Belum ada detail, kami masih asesmen tapi bisa sampai ratusan hektare," jelasnya.
Menurut Rommy, banjir yang terjadi merupakan akumulasi dari dampak cuaca buruk yang terjadi dalam beberapa hari terakhir mulai 23 Desember lalu hingga saat ini. Hal ini membuat Sungai Kariango meluap.
"Dua desa ini banjir sebagai dampak lanjutan dari kondisi cuaca ekstrem," rincinya.
(sar/nvl)