Polisi mengatakan kerusuhan di Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, membuat 400 warga mengungsi ke Nabire. Sementara sebagian warga lainnya masih bertahan di Dogiyai.
"Benar masyarakat memilih mengungsi ke Kabupaten Nabire. Setidaknya tercatat kurang lebih 400 warga secara bergiliran dengan menggunakan truk mengamankan diri ke Nabire," ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Mustofa Kamal kepada detikcom, Senin (14/11/2022).
Kamal mengatakan masyarakat mulai mengungsi sejak Minggu (13/11/2022). Mereka khawatir menjadi sasaran pelaku kerusuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar kemarin pagi yang mengungsi khusus ibu-ibu dan anak-anak," katanya.
Lebih lanjut Kamal mengatakan bahwa sebagian warga lainnya memilih bertahan di Kabupaten Dogiyai namun dengan cara mengungsi di Mako Polres, Kantor Koramil dan Pos TNI. Masyarakat memilih bertahan di kantor keamanan sambil menunggu situasi kondusif.
"Jadi banyak warga meninggalkan tempat tinggalnya dan mengamankan diri di Polres dan Kantor Koramil. Masyarakat yang mengungsi juga membawa harta benda berharga yang bisa mereka bawa," ujarnya.
Menurut Kamal, 2 Satuan Setingkat Pleton (SST) anggota Polri telah dikirim ke Dogiyai untuk membantu pengamanan pascaaksi pembakaran yang dilakukan oleh massa. Diketahui massa membakar 13 bangunan termasuk 6 kantor pemerintahan di 4 titik berbeda.
Dia mengklaim situasi saat ini di Kabupaten Dogiyai berangsur-angsur aman. Hal itu terjadi setelah dilakukan pengamanan yang ketat oleh aparat kepolisian yang dibantu personel TNI setempat.
"Dari kemarin hingga hari ini aparat masih terus melakukan pemantauan serta pengamanan di seluruh tempat kejadian," tegasnya.
Kerusuhan di Dogiyai Akibat Kecelakaan Lalu lintas
Seperti diketahui, aksi barbar massa ini diawali peristiwa seorang balita bernama Noldi Goo (5) tewas terlindas truk. Hal inilah yang membuat keluarga korban dan warga sekitar marah.
Insiden itu terjadi di Kampung Ikebo Distrik Kamu, Kabaputen Dogiyai, Sabtu (12/11) sekitar pukul 14.30 WIT. Warga yang marah atas kematian Noldi melakukan pembakaran di sejumlah titik.
Kejadian ini bermula saat sopir truk bernama Kevin Mandagi memundurkan mobilnya. Namun sang sopir tidak menyadari jika ada seorang anak kecil di belakangnya hingga akhirnya terlindas.
"Sopir truk mundur dan tak melihat adanya seorang anak kecil di belakangnya. Lalu anak kecil itu terlindas dan informasinya meninggal dunia," ungkapnya.
Akibat kecelakaan itu, warga akhirnya marah dengan cara menyerang perkotaan dan membakar rumah, perkantoran dan sejumlah truk serta menyerang warga lainnya.
(hmw/ata)