Rektor Unhas Ungkap Polemik 7 Profesor FEB Mundur Bikin Mendikbud Resah

Rektor Unhas Ungkap Polemik 7 Profesor FEB Mundur Bikin Mendikbud Resah

Xenos Zulyunico Ginting - detikSulsel
Jumat, 04 Nov 2022 20:34 WIB
Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa.
Foto: Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa. (Xenos/detikSulsel)
Makassar -

Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Jamaluddin Jompa mengungkapkan polemik mundurnya tujuh guru besar atau profesor Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) membuat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim resah. Jamaluddin mengatakan polemik ini menjadi perhatian kementerian.

Jamaluddin awalnya menceritakan bahwa pihaknya langsung melakukan klarifikasi terhadap ketujuh guru besar tersebut setelah heboh soal pengunduran diri mereka. Dia mengaku tidak ingin langsung menyimpulkan apa yang terjadi tanpa ada proses verifikasi.

"Kami harus memastikan bahwa proses untuk menangani masalah itu sebaik-baiknya itu kami lakukan dan harus ada fakta, harus ada verifikator harus ada," kata Jamaluddin Jompa dalam konferensi pers di Rektorat Unhas, Jumat (4/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menuturkan langkah tersebut dilakukan agar bisa menentukan solusi. Selanjutnya dia juga mengaku banyak pihak yang menghubunginya setelah isu pengunduran diri itu heboh di media.

"Jadi ya kan banyak yang WA (WhatsApp) saya itu pasti saya akan cari tahu betulkah itu," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Jamaluddin kemudian mengaku dirinya kelabakan setelah adanya isu pengunduran diri tujuh guru besar FEB tersebut. Bahkan Menristekdikti Nadiem Makarim disebut ikut resah setelah mendapat informasi tersebut.

"Ini membuat kami juga kelabakan. Bahkan menteri pun katanya sudah resah kenapa di Unhas ada tujuh profesor mengundurkan diri," ungkapnya.

Duduk Perkara 7 Guru Besar Mundur

Diketahui, sebelumnya tujuh guru besar FEB Unhas ramai-ramai mengundurkan diri dan mengaku diintervensi. Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menceritakan duduk perkara pengunduran diri tersebut.

Jamaluddin menyebut isu terkait pengunduran diri tujuh guru besar FEB Unhas tidak sepenuhnya benar. Dia mengatakan ada hal yang tidak tersampaikan dalam kasus ini.

"Kalau masalah yang memberi nilai (meluluskan mahasiswa S3) itu sebenarnya dipotong-potong itu. Kan begini, namanya mahasiswa itu masuk di Unhas di mana pun itu kan anak kita kan. Kami harus berusaha untuk membuat mereka belajar dengan baik, lulus, dan seterusnya," kata Jamaluddin Jompa kepada detikSulsel, Kamis (3/11).

Dia kemudian mengatakan ada aturan drop out (DO) bagi mahasiswa S3 yang tidak lulus dalam satu mata kuliah. Sementara, dia menyebut tidak ada pimpinan kampus yang menginginkan mahasiswanya terkena DO.

"Sehingga kita selalu melakukan upaya untuk mahasiswa itu tidak drop out. Kalau ada mahasiswa yang tidak lulus dalam satu mata kuliah maka secara otomatis yang bersangkutan dinyatakan drop out," ungkapnya.

Terkait hal tersebut, Jamaluddin tak menampik dosen mempunyai hak untuk tidak meluluskan mahasiswa. Namun, kata dia, pimpinan fakultas dalam hal ini dekan juga punya tanggung jawab untuk memperjuangkan mahasiswa tersebut.

"Dosen kemudian berhak menyatakan tidak bisa lulus, itu juga biasa. Tapi dekan harus berusaha untuk bernegosiasi bagaimana caranya supaya dikasih remedial atau apa supaya mahasiswa tidak drop out," tuturnya.

"Ini bukan persoalan lulus atau tidak lulusnya, tapi men-drop out mahasiswa. Itu kan men-drop out itu mahasiswa sama dengan merusak masa depannya karena tidak boleh lagi ikut S3 di mana pun dia se-Indonesia," sambungnya.

Dia kemudian mengungkapkan bahwa Dekan FEB saat itu dalam posisi memperjuangkan mahasiswa agar tidak terkena DO. Namun guru besar yang bersangkutan merasa mendapat tekanan dari dekan.

"Oleh karena itu dekan memediasi pada saat itu supaya cari lah cara. Nah, profesor ini juga merasa kita ditekan-tekan," tuturnya.




(asm/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads