Dilansir dari detikJabar, Kamis (3/11/2022), Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Deby Sugiri mengatakan, ular naga tersebut bernama latin Xenodermus javanicus. Ular ini sensitif terhadap perubahan lingkungan serta cenderung mudah stres.
"Ular naga jawa juga merupakan satwa yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Jika iklim atau agroklimat berubah maka ular naga jawa ini akan gampang stres dan mati," jelas Deby saat dikonfirmasi, Rabu (2/10).
Deby mengungkapkan berdasarkan laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Xenodermus javanicus masuk dalam kategori LR atau Least Concern, atau memiliki risiko kepunahan yang rendah.
Kendati demikian jika ekosistem habitat ular naga Jawa ini berubah dan mempengaruhi lingkungan maka populasinya seiring waktu juga akan menurun dan punah.
"Tapi jika ekosistemnya berubah, misalnya banyak alih fungsi lahan hutan atau penebangan pohon yang masif, dan mempengaruhi kelembaban kawasan di sekitar habitat hidup ular naga Jawa, maka populasinya akan menurun atau hilang," ujarnya.
Deby menerangkan, jika melihat Xenodermus javanicus dan karakter ularnya sebagai indikator ekologi, serta masih ditemukan di sekitaran Curug Cikoleangkak, hal ini mengidikasikan ekosistem di sekitar Curug Cikoleangkak masih bagus.
Habitat Ular Naga Jawa
Secara habitat, ular naga jawa menyukai lembab dan berbatu. Ular ini juga unik dan endemik karena merupakan jenis reptil semi akuatik.
Ular naga Jawa adalah ular jenis kecil pemakan ikan dan katak atau kodok. Biasanya ular ini dapat ditemui di dataran tinggi 1.000 mdpl.
"Kalau di dalam literatur ular naga jawa ini masuk dalam jenis ular dataran tinggi, tapi pada saat ditemukan di Curug Cikoleangkak berada di ketinggian sekitar 565 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan ini masih di dataran menengah," kata Deby.
Bentuk Ular Naga Jawa
Bentuk ular naga Jawa ini tidak memiliki sayap maupun menyemburkan api seperti makhluk dalam mitologi. Namun, ular ini memiliki barisan hemipenial di bagian dorsal yang berjajar rapi, mirip dengan tubuh naga dalam mitologi.
Hemipenial di belakang kepala ular naga Jawa, pada beberapa individu terlihat sangat menonjol hingga seperti membentuk tanduk atau mahkota di bagian belakang kepalanya.
"Ular naga jawa ini mempunyai sisik yang lebih kasar dibanding ular pada umumnya, lebih mirip dengan sisik biawak. Ciri khas lainnya yang mirip dengan naga adalah adanya sisik atau duri menonjol yang disebut hemipenial di sepanjang punggung atau bagian dorsal," jelas Deby.
(alk/nvl)