Hewan Mitologi Ular Naga Ditemukan Hidup di Gunung Sanggabuana Karawang

Hewan Mitologi Ular Naga Ditemukan Hidup di Gunung Sanggabuana Karawang

Tim detikJabar - detikSulsel
Kamis, 03 Nov 2022 14:07 WIB
Ular Naga (Xenodermus javanicus)
Foto: Ular Naga © Lutz Obelgönner / http://www.reptile-care.de/species/Serpentes/Xenodermatidae/Xenodermus-javanicus.html
Karawang -

Ular naga selama ini disebut sebagai hewan mitologi. Ternyata ular tersebut benar-benar ada dan ditemukan di kawasan Pegunungan Sanggabuana, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Dilansir dari detikJabar, Kamis (3/11/2022), ular naga tersebut berhasil ditemukan oleh Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) di aliran sungai Curug Cikoleangkak, yang merupakan salah satu air terjun, yang berlokasi di wilayah Puncak Sempur, Pegunungan Sanggabuana.

Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Deby Sugiri mengatakan timnya memang sedang mencari ular naga ini sejak setahun yang lalu. Pencarian dilakukan di sepanjang belantara Pegunungan Sanggabuana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Namun, baru ditemukan pada Sabtu kemarin ketika melakukan analisis vegetasi bersama dengan teman-teman dari Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta dan Sispala SMAN 1 Tegalwaru," ungkapnya, Rabu (2/11).

Deby menambahkan temuan ular naga Jawa ini menambah daftar temuan hasil eksplorasi, yang selanjutnya akan dikaji dalam bahan usulan perubahan status Pegunungan Sanggabuana menjadi kawasan pelestarian alam berbentuk Taman Nasional.

ADVERTISEMENT

Ular Naga Hewan Endemik Jawa

Deby Sugiri mengatakan, ular naga yang ditemukan itu merupakan hewan endemik asli Pulau Jawa. Ular ini tidak ditemukan di pulau lain.

"Ular naga ini bernama latin Xenodermus javanicus, ini adalah jenis ular dari family Xenodermidae. Ular ini ditemukan dengan ukuran panjang sekitar 50 centimeter dan merupakan satwa endemik Jawa," ujarnya

Tidak Bersayap Maupun Menyemburkan Api

Deby menjelaskan, meski namanya ular naga, namun bentuknya berbeda dengan naga yang digambarkan dalam mitologi. Naga dalam mitologi mempunyai sayap serta menyemburkan api, sementara ular naga yang ditemukan ini tidak mempunyai sayap dan tidak bisa menyemburkan api.

Dia juga menjelaskan barisan hemipenial di bagian dorsal yang berjajar rapi, mirip dengan tubuh naga dalam mitologi. Hemipenial di belakang kepala ular naga Jawa, pada beberapa individu terlihat sangat menonjol hingga seperti membentuk tanduk atau mahkota di bagian belakang kepalanya.

"Ular naga jawa ini mempunyai sisik yang lebih kasar dibanding ular pada umumnya, lebih mirip dengan sisik biawak. Ciri khas lainnya yang mirip dengan naga adalah adanya sisik atau duri menonjol yang disebut hemipenial di sepanjang punggung atau bagian dorsal," lanjutnya.

Ular Naga (Xenodermus javanicus)Ular Naga (Xenodermus javanicus) Foto: © Lutz Obelgönner / https://www.reptile-care.de/species/Serpentes/Xenodermatidae/Xenodermus-javanicus.html

Tidak Berbisa dan Mudah Stres

Lebih lanjut, Deby menjelaskan ular naga Jawa sendiri masuk dalam kategori ular yang tidak berbisa dan cenderung mudah stres.

"Kalau di dalam literatur ular naga Jawa ini masuk dalam jenis ular dataran tinggi, tapi pada saat ditemukan di Curug Cikoleangkak berada di ketinggian sekitar 565 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan ini masih di dataran menengah," kata dia.

Ular naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana, Karawang.Ular naga Jawa di Pegunungan Sanggabuana, Karawang. Foto: dok. Sanggabuana Conservation Foundation

Secara habitat, ular naga jawa ini menyukai lembab dan berbatu. Ular ini juga unik dan endemik karena merupakan jenis reptil semi akuatik. Seperti diketahui, ular naga jawa adalah ular jenis kecil pemakan ikan dan katak atau kodok. Biasanya ular ini dapat ditemui di dataran tinggi 1.000 mdpl.

"Ular naga jawa juga merupakan satwa yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Jika iklim atau agroklimat berubah maka ular naga jawa ini akan gampang stress dan mati," ungkapnya.

Tingkat Kepunahan Rendah

Deby mengungkapkan berdasarkan laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Xenodermus javanicus masuk dalam kategori LR atau Least Concern, atau memilki risiko kepunahan yang rendah.

Lebih lanjut, Deby menerangkan jika melihat Xenodermus javanicus dan karakter ularnya sebagai indikator ekologi, serta masih ditemukan di sekitaran Curug Cikoleangkak, hal ini mengidikasikan ekosistem di sekitar Curug Cikoleangkak masih bagus.

"Tapi jika ekosistemnya berubah, misalnya banyak alih fungsi lahan hutan atau penebangan pohon yang masif, dan mempengaruhi kelembaban kawasan di sekitar habitat hidup ular naga Jawa, maka populasinya akan menurun atau hilang," ujarnya.

Kronologi Penemuan Ular Naga

Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati SCF Uce Sukendar mengatakan ular naga Jawa itu ditemukan tidak sengaja oleh anggota tim yang sedang melakukan observasi, di wilayah Curug Cikoleangkak, Pegunungan Sanggabuana, pada Sabtu (29/10) malam.

"Ular naga ini kami temukan di aliran sungai Curug Cikoleangkak pada malam hari saat herping," kata Uce saat dihubungi detikJabar, Rabu (2/11).

Saat itu Uce dan sejumlah rekannya melakukan analisis vegetasi dibantu oleh mahasiswa dari Fakultas Biologi Universitas Nasional dan Sispala SMAN 1 Tegalwaru.

"Sebenarnya ular ini ditemukan tidak sengaja, dan sebelumnya saya sudah mencari keberadaan ular naga jawa ini sejak setahun yang lalu. Kami mencari sejak dari Curug Cipanunda di atas Kampung Tipar, yang ada di wilayah Karawang sampai di Curug Cimata Indung yang hutannya masuk wilayah Purwakarta," kata dia.

Uce mengungkap saat ditemukan ular naga Jawa sedang menyantap mangsanya.

"Kami temukan waktu itu ular sedang makan anak katak atau kecebong, jika melihat beberapa litelatur, ular ini sudah susah ditemui di alam liar," ujarnya.




(alk/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads