Anoa merupakan satwa mamalia dan endemik yang hidup di daratan Pulau Sulawesi. Populasinya kini menurun drastis dan terancam punah.
Ada dua spesies Anoa yang mendiami hutan Sulawesi. Mereka adalah Anoa dataran rendah atau bubalus depressicornis dan Anoa pegunungan atau bubalus quarlesi.
Kedua spesies Anoa ini memiliki perbedaan dari segi fisik. Anoa pegunungan relatif tinggi dan memiliki badan yang tidak terlalu panjang. Sebaliknya, Anoa dataran rendah lebih pendek dan badannya lebih panjang badan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Anoa dataran rendah memiliki bobot tubuh yang besar dari Anoa pegunungan. Anoa dataran rendah bisa mencapai berat hingga 200 kg lebih, sementara Anoa pegunungan tidak mencapai berat tersebut.
Ahli Peternakan Universitas Halu Oleo (UHO), Prof La Ode Nafiu menjelaskan Anoa merupakan hewan yang memiliki marga yang sama dengan kerbau, yakni bubalus. Maka, Anoa juga memiliki sifat yang hampir sama dengan kerbau yakni suka berkubang atau berendam di dalam lumpur.
"Jadi Anoa itu satu marga atau satu genus dengan kerbau sama-sama di sebut dengan bubalus. Salah satu sifatnya itu adalah dia suka berkubang, jadi suka merendamkan diri di lumpur," jelasnya kepada detikSulsel, Selasa (7/6/2022).
Memiliki marga yang sama, morfologi Anoa juga memiliki kemiripan dengan kerbau, bahkan biasa disebut kerbau cebol. Tanduknya mengarah ke belakang menyerupai penampang yang bagian dasarnya tidak bulat seperti tanduk sapi melainkan menyerupai bangun segitiga seperti tanduk kerbau.
Anoa merupakan hewan yang memiliki sifat soliter, yakni lebih suka hidup menyendiri, sehingga kehidupannya tidak berkelompok. Biasanya Anoa hidup hanya berdua, induk dan anak. Anoa akan bergabung dengan jantan jika sudah memasuki musim kawin.
Selain penyendiri dari sesamanya, Anoa juga salah satu jenis hewan yang menghindari manusia. Jika bertemu manusia, Anoa cenderung memilih menghindar dan kabur.
"Biasanya Anoa itu dia lebih suka menjauh dari manusia," kata Prof La Ode Nafiu.
Pertumbuhan Populasi Anoa Lambat dan Terancam Punah
Prof La Ode Nafiu menjelaskan, sebagai hewan endemik yang kehidupannya hanya pada wilayah tertentu, Anoa berstatus terancam punah. Namun, berbagai faktor lain juga mengancam keberadaan spesies Anoa, salah satunya laju tumbuh populasi yang lambat.
Anoa, kata dia, merupakan hewan yang cepat stres. Dampaknya, maka akan mempengaruhi kemampuannya berkembang biak.
"Anoa ini kan hewan yang cepat stress. Sangat cepat stress. Begitu dia terganggu, terutama oleh manusia maka yang dikorbankan pertama itu adalah kemampuannya berkembang biak," jelasnya.
Selain gangguan reproduksi saat stres, masa bunting dari Anoa cukup lama, yakni 10-11 bulan. Bahkan lebih lama dibandingkan masa bunting sapi yang hanya 9 bulan.
"Anoa masa buntingnya lama dibandingkan dengan sapi. Jadi masa kehamilannya itu antara 10-11 bulan. Sementara sapi kan cuma 9 bulan," imbuhnya.
Tidak hanya itu, jeda reproduksi Anoa sangat lama. Hal ini disebabkan karena Anoa memiliki karakter mengasuh anaknya hingga cukup dewasa. Tidak seperti hewan kebanyakan yang dengan cepat melepas anaknya untuk hidup sendiri.
"Beranak pertama dan beranak kedua itu jedanya lama sekali. Jadi Anoa membesarkan anaknya itu cukup lama. Sehingga menyebabkan laju pertumbuhan populasi lebih lambat dibandingkan laju penurunannya," jelasnya.
Prof La Ode Nafiu mengatakan masa dewasa kelamin Anoa sebenarnya hampir sama dengan kerbau yakni 2,5 sampai 3 tahun. Tetapi Anoa pada usia itu tidak langsung diikuti dengan aktivitas untuk berkembang biak, dan akan semakin lama jika dalam kondisi stres atau merasa terganggu.
"Kalau kalau dari data-saat, termasuk hasil penelitian saya, Anoa dalam kondisi normal atau sudah lama di daerah penangkaran dia juga bisa dewasa di usia 2,5 sampai 3 tahun, tetapi tidak otomatis dengan umur dewasa itu langsung diikuti dengan aktivitasnya untuk berkembang biak. Jadi dia biasanya lebih lama," jelasnya.
Anoa sulit dibudidaya karena agresif dan sudah jinak. Baca selengkapnya di halaman berikutnya.
Anoa Sulit Dibudidaya karena Agresif dan Susah Jinak
Anoa termasuk jenis hewan yang agresif dan sulit dijinakkan. Meskipun memiliki sifat cenderung menghindari manusia, Anoa juga memiliki naluri menyerang jika merasa tersudutkan. Bahkan, serangan Anoa dapat mengakibatkan kematian pada manusia.
Hal ini membuat Anoa susah untuk dibudidayakan. Meskipun secara akademik telah diketahui makanan dan cara perkembangbiakan Anoa.
"Kalau dibudidayakan susah dia ada sifat galaknya. Bisa membunuh. Dia kan bisa menyerang. Kalau sudah tersudut itu dia menyerang," kata Prof La Ode Nafiu.
Pengrusakan Habitat Percepat Penurunan Populasi Anoa
Prof La Ode Nafiu menjelaskan, selain karena faktor biologis Anoa yang lambat dan sensitif dalam berkembang biak, keberadaannya juga terancam akibat pengrusakan habitatnya. Seperti pengalihan fungsi lahan hutan yang menjadi habitat Anoa.
"Sekarang habitatnya sudah tidak lagi terpisah, antara Anoa pegunungan dan Anoa dataran rendah. Karena desakan-desakan berbagai faktor tadi, seperti beberapa alih konversi lahan. Jadi hutan itu ada yang dikonversi menjadi lahan pertanian atau perkebunan," jelasnya.
Pengrusakan habitat ini dinilai Prof La Ode Nafiu sebagai penyebab penurunan populasi terbesar bagi Anoa. Hal ini diperparah dengan faktor-faktor lain yang juga mengancam keberadaan Anoa, seperti perburuan liar.
"Masih maraknya perburuan liar. Informasi yang saya dapat, masih ada yang jerat kemudian memakan daging Anoa. Ini juga yang mempercepat laju penurunan populasinya," tambahnya.