Peran pengawas kebersihan yang diberi nama Pakandatto, bentukan Wali Kota Makassar Moh Ramdhan "Danny" Pomanto masih pasif. Tumpukan sampah masih ditemui, salah satunya di bahu Jalan DR Leimena, Kelurahan Tello Baru, Kecamatan Panakkukang.
Pakandatto sebelumnya telah dikukuhkan Danny Pomanto di Anjungan Pantai Losari Makassar, Rabu (19/10). Pakandatto merupakan akronim dari Pasukan Penindakan Anti Kotor. Dalam bahasa Makassar, Pakandatto berarti menjitak, yang kemudian ditafsirkan sebagai tindakan menegur.
"Pakandatto ini tim penindakan kalau ada yang (bikin) kotor-kotor. Detailnya adalah melaporkan, menegur, kemudian menindaki," ungkap Danny kepada wartawan usai mengukuhkan Pakandatto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Danny menjelaskan, kinerja Pakandatto ini langsung berada di bawah kendalinya. Dia mengungkapkan semua laporan terkait masalah kebersihan di setiap kelurahan akan dilaporkan langsung kepada dirinya.
"Insyaallah mereka langsung saya pimpin. Semua laporan masuk ke saya, baru saya perintahkan ke camat, sehingga kita bisa lihat kinerjanya," ucap Danny.
Pakandatto ini melibatkan Laskar Pelangi alias Pelayan Publik Berintegritas atau tenaga non-ASN Pemkot Makassar. Danny mengatakan setiap satu orang mengawasi satu kelurahan dan akan dibekali dengan fasilitas smartphone.
"Satu unit smartphone karena saya betul-betul mau memobilisasi mereka. Bahkan kemungkinan saya akan belikan mereka sepeda. Jadi dia keliling terus menegur orang," imbuhnya.
Danny juga menjelaskan alasan mengapa membentuk Pakandatto. Salah satunya karena dirinya geram dengan kinerja lurah yang dinilai lamban dalam penanganan sampah.
"Ya kalau saya sudah ambil alih begitu kan berarti masih lemah (kinerja lurah)," kata Danny.
Danny menuturkan keberadaan Pakandatto ini juga sekaligus untuk mengawasi kinerja lurah. Nantinya laporan Pakandatto akan diteruskan ke camat untuk ditindaklanjuti.
"Justru tugasnya lurah mau dinilai di sini. Kalau aduan dari Pakandatto tidak dieksekusi berarti lurah yang tidak kerja," ucapnya.
Namun sejak dikukuhkan, peran Pakandatto rupanya masih belum terlihat dalam mengawasi kebersihan di Makassar. Sejauh ini tumpukan sampah masih ditemukan, salah satunya di Jalan DR Leimena, Makassar.
Lantas, bagaimana peran Pakandatto sejak resmi dikukuhkan Danny Pomanto?
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Tumpukan Sampah di Jalan DR Leimena
Tumpukan sampah masih ditemui di bahu jalan DR Leimena, Kelurahan Tello Baru, Kecamatan Panakkukang, Makassar. Pakandatto yang bertugas mengawasi persoalan ini masih belum melakukan tindakan apapun.
Berdasarkan pantauan, Kamis (27/10) tumpukan sampah tersebut masih belum diangkut hingga pukul 11.00 Wita. Di lokasi terlihat hanya ada seorang petugas dengan rompi oranye sedang memilah-milah sampah yang ada.
Petugas kebersihan di lokasi, Hasanuddin mengungkapkan sampah-sampah tersebut belum diangkut lantaran mobil pengangkut sampah belum tiba. Saat ditanya mengenai Pakandatto, dia mengaku belum tahu soal pasukan khusus itu."Tidak ada kutahu soal (Pakandatto)" kata Hasanuddin.
Salah satu warga, Rozada mengatakan penanganan sampah di Jalan DR Leimaena memang kerap terlambat dilakukan petugas.
"Kalau ini ya lama juga (sudah ada tumpukan sampah), karena memang di situ tempatnya (sering orang buang sampah)" katanya.
Lurah Masih Cari Solusi
Lurah Tello Baru, Syarifuddin mengungkapkan tumpukan sampah di Jalan DR Leimena itu sudah lama menjadi polemik. Dia mengaku masih mencari solusi terkait tumpukan sampah tersebut.
"Sudah turun staf yang memang dia pengawas Kelurahan. Memang jadi polemik di situ (sampah menumpuk di Jalan DR Leimena) terus terang," ujar Syarifuddin saat dikonfirmasi detikSulsel, Kamis (27/10).
Syarifuddin mengatakan, di lokasi sudah memang sudah disediakan satu unit kontainer sampah. Namun sejumlah warga disebut kerap membuang sampah di bahu jalan jika kontainer tersebut telah penuh.
"Warga lain yang sering buang sampah di situ, kapan penuh kontainer dia buang di bahu jalan. Kemudian pernah ditegur dia malah ancam petugas kontainer," katanya.
Dia pun mengaku sudah mencoba beberapa cara untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya meminta tambahan kontainer sampah. Pihaknya juga mencari tempat lain yang dapat menjadi alternatif warga membuang sampah, namun belum menemukan.
"Jadi saya sudah melobi beberapa tempat, tapi memang belum ada yang bersedia ditempati lokasinya (untuk tempat buang sampah). Saya pernah bicarakan di Kompleks PU (jadi alternatif tempat buang sampah), PU juga menolak, sehingga saya masih berupaya untuk bisa dapat tempat yang tidak ada komplain," jelasnya.
Syariffuddin menuturkan, di Kelurahan Tello Baru menyiagakan satu orang petugas untuk menjaga kontainer sampah di sekitar lokasi sampah menumpuk tersebut. Menurutnya, petugas kontainer telah beberapa kali menegur warga yang membuang sampah di bahu jalan, namun kerap mendapat perlawanan.
"Pernah mau dikeroyok (petugas kontainer) gara-gara sampah. Makanya saya bilang pecat penjaga kontainer kalau tidak bisa tegas," imbuhnya.
Di lokasi tersebut, kata dia, rata-rata orang yang membuang sampah bukan dari warga sekitar di Kelurahan Tello Baru. Dia mengklaim pembuang sampah rata-rata merupakan warga dari lokasi lain seperti dari wilayah Antang.
"Yang membuang itu dari Antang, warga dari luar yang buang sampah. Bisa dibuktikan kalau pagi-pagi ada yang buang sampah, bahwa itu memang warga dari luar itu yang buang sampah. Semua sampah yang ada di wilayah-wilayah di Tello itu dijemput, makanya selalu full kontainer, itulah saya butuh dua kontainer," paparnya.