Menilik Peran Arung Palakka dalam Perang Makassar 1666-1669

Menilik Peran Arung Palakka dalam Perang Makassar 1666-1669

Urwatul Wutsqaa - detikSulsel
Selasa, 25 Okt 2022 18:41 WIB
Tugu Arung Palakka di Bone
Foto: Agung Pramono/detikSulsel
Makassar -

Arung Palakka merupakan salah satu tokoh yang ikut terlibat dalam pecahnya Perang Makassar pada tahun 1666-1669. Arung Palakka dikenang oleh masyarakat Bugis sebagai pahlawan.

Hal ini karena Arung Palakka memperjuangkan kebebasan masyarakat Bugis dari cengkraman kekuasaan Kerajaan Gowa. Serta membebaskan rakyat Bugis dari kerja paksa yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa pada masa itu.

Sejarahwan dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Suriadi Mappangara menjelaskan mulanya pada tahun 1646, Kerajaan Gowa menyerang Bone. Perang ini dimenangkan oleh Gowa kemudian Raja Bone saat itu, La Tenriaji Tosenrima ditangkap bersama petinggi-petinggi kerajaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka ditangkap dan diasingkan ke Gowa. Begitu salah satu cara yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa untuk memastikan bahwa tidak akan muncul lagi perang, dengan mengambil bangsawa-bangsawan tinggi, rajanya juga," jelasnya kepada detikSulsel, Selasa (25/10/2022).

Arung Palakka termasuk salah seorang yang ditawan, bersama ibu yang merupakan putri raja dan bapaknya. Menurut Suriadi, saat itu belum ada tanda-tanda kehebatan Arung Palakka. Ia menilai kemungkinan Arung Palakka ikut ditawan karena dekat dengan sang ibu.

ADVERTISEMENT

"Dia juga salah satu yang ditangkap bersama begitu banyak orang lainnya. Diasingkan lah dia ke Gowa," jelasnya.

Ketika dia di Gowa, Arung Palakka diminta untuk menjadi pelayan Karaeng Pattingalloang. Hal ini karena Arung Palakka masih anak-anak, sekitar 9-11 tahun.

"Karaeng Pattingalloang waktu itu sebagai Perdana Menteri Kerajaan Gowa. Karena sering bersama, maka di situlah Arung Palakka mengenal adat istiadat yang luas tentang Kerajaan Gowa," jelasnya.

Sakit Hati Arung Pallakka Melihat Penderitaan Rakyat Bone

Singkat cerita, Kerajaan Gowa kemudian mendapat serangan dari VOC. Mengutip buku berjudul "Arung Palakka" yang diterbitkan Perpustakaan Nasional RI, VOC menyerang Kerajaan Gowa pada Juni 1660 dan berhasil menaklukkan Benteng Panakkukang.

Raja Gowa I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin Karaeng Bonto Mangngape berupaya mengambil kembali Panakkukang melalui perundingan dengan Belanda.

"Jadi karena dia panik, ada dua hal yang dia lakukan ketika itu. Satu, dia mengirim utusan Karaeng Popo namanya, diutus ke Batavia untuk merundingkan bagaimana agar benteng itu dapat dikembalikan lagi. Kalau perlu dengan cara membeli," jelas Suriadi.

Hal kedua yang dilakukan adalah meminta kepada wakil Kerajaan Gowa yang ada di Bone untuk mempersiapkan budak atau tenaga kerja kurang lebih 10.000 orang. Budak tersebut didatangkan ke Gowa untuk kerja paksa membuat parit.

"Membuat parit itu untuk memisahkan Benteng Panakkukang dari daratan Kerajaan Gowa. Agar benteng itu tidak digunakan sebagai basis untuk menyerang Gowa," lanjut Suriadi.

Hal ini kemudian memicu ketidaksenangan orang-orang Bone yang berada di Makassar. Arung Palakka yang saat itu berada di Gowa juga sakit hati melihat rakyat dan bangsawan Bone dipekerjapaksakan.

"Karena Raja Gowa merasa bahwa ini pekerjaan harus segera diselesaikan, maka dia tidak peduli itu (ketersinggungan rakyat dan bangsawan Bone). Itulah akhirnya membuat wakil Kerajaan Gowa yang ada di Bone, yang namanya Tobala itu melakukan persekongkolan dengan orang-orang Bone lainnya yang ada di Kerajaan Gowa untuk memberontak, untuk melarikan diri dari pekerjaan itu," jelas Suryadi.

Pelarian Arung Palakka

Akhirnya lari lah Arung Palakka bersama orang-orang Bone lainnya kembali ke Bone. Pelarian Arung Palakka dan orang-orang Bone lainnya memicu kemarahan Raja Gowa.

"Mereka melakukan penyerangan, pencarian, dan lain sebagainya. Akhirnya Tobala, wakil Kerajaan Gowa yang ada di Bone dianggap bertanggungjawab atas pelarian ini dipancung, dipisahkan kepalanya dari badannya," ujar Suryadi.

Suryadi melanjutkan, saat itu Arung Palakka sempat terkepung oleh pasukan Kerajaan Gowa. Namun ia berhasil meyakinkan bahwa dirinya akan datang sendiri ke Gowa.

"Karena orang-orang Gowa merasa Arung Palakka bukan yang bertanggungjawab tentang pelarian itu, mereka percaya saja, karena Arung Palakka kan juga dikenal dengan cukup baik di Gowa pada waktu itu," kata Suryadi.

Arung Palakka pun melanjutkan pelariannya dan tidak kembali ke Gowa seperti yang dikatakan ke pihak Kerajaan Gowa. Di sisi lain Benteng Panakkukang juga gagal direbut kembali.

Raja Gowa Sultan Hasanuddin pun akhirnya murka dan bertekad untuk mengejar sendiri Arung Palakka. Ia memburu Arung Palakka hingga ke pedalaman.

"Tapi Arung Palakka waktu itu dengan bantuan Raja Soppeng, Latenri Bali namanya, itu dia berhasil melarikan diri ke Buton," ungkap Suryadi.

Atas jasanya ke Arung Palakka, Latenri Bali ditangkap dan diasingkan ke Kerajaan Gowa. Sementara Arung Palakka cukup terlindungi di Buton. Pasalnya Kerajaan Gowa memiliki perjanjian dengan Kerajaan Buton.

"Mereka (pasukan Kerajaan Gowa) tahu jelas bahwa Arung Palakka ada di sana tapi Kerajaan Gowa tidak bisa berbuat apa-apa," kata Suryadi.

Arung Palakka Bersekutu dengan Belanda

Kurang lebih 2,5 hingga 3 tahun Arung Palakka berada di Buton. Ia pun memutuskan pergi ke Batavia untuk membuat kesepakatan dengan VOC yang juga menjadi musuh Kerajaan Gowa. Tepatnya pada November 1663.

"Dan VOC memang ingin menguasai Kerajaan Gowa, jadi saling membantu. VOC kemudian menguji kekuatan Arung Palakka dengan memintanya bergabung untuk menyerang Pariyaman di Sumatera," kata Suryadi.

Arung Palakka berhasil. Ia pun meminta VOC membantu membebaskan Kerajaan Bone dari kekuasaan Kerajaan Gowa.

Berhasil menaklukkan Pariyaman di Minangkabau, Arung Palakka menegaskan kepada Jendral Belanda bahwa ia tidak memberikan jasa cuma-cuma pada mereka. Berikut ucapan Arung Palakka saat itu dikutip dari buku Arung Palakka: "Aku merasa tidak berjasa pada kompeni. Aku membantu karena aku ingin dibantu perang saya di Timur. Kami akan menyerang Karaeng Gowa. Sungguh baik kiranya apabila kita cepat-cepat berangkat, sebab jangan sampai nanti hanya tersisa bara api saja yang kita dapati!"

Arung Palakka dalam Perang Makassar 1666-1669

Akhirnya VOC dan Arung Palakka datang Gowa pada Desember tahun 1666 dan meletuslah Perang Makassar. Tanggal 1 Januari 1667 dini hari, Arung Palakka beserta pasukannya serta Belanda bersiap menyerang Gowa di wilayah pesisir. Saat matahari terbit perang di mulai.

Tujuan Arung Palakka dalam perang ini hanya satu, yakni membebaskan rakyat Bone dan Soppeng dari jajahan Kerajaan Gowa.

"Tujuan nya satu, membebaskan Kerajaan Bone dan Soppeng dari jajahan Kerajaan Gowa. Karena Raja Soppeng saat itu Latenri Bali ditawan. Juga Raja Bone La Ma'deremmeng dan Latenriadi juga ditawan," kata Suryadi.

Suryadi mengatakan, tujuan Arung Palakka ini dapat terlihat dari perjanjian Bongaya. Dimana hanya satu pasal yang menjadi milik Arung Palakka dari 30 pasal isi perjanjian Bongaya.

"Itu menjadi tanda bahwa memang Arung Palakka bukan berencana untuk menghancurkan Kerajaan Gowa. Tapi karena VOC menang ingin menguasai Pelabuhan Ujung Pandang, pelabuhan yang paling sibuk ketika itu, maka mau tidak mau juga VOC juga mengambil kesempatan itu, karena dia juga ada bantuan yang diperoleh dari orang-orang Bugis," jelas Suryadi.

Akibat perang Makassar ini Kekuatan Kerajaan Gowa hancur. Di sisi lain kekuatan Arung Palakka menguat.

"Karena VOC kemudian memberikan tempat Arung Palakka di daerah Bontoala. Dia ditempatkan di situ karena VOC masih sangat khawatir situasi politiknya. Jadi dia masih menginginkan ada Arung Palakka yang berada di sampingnya untuk dia mintai bantuan kalau sewaktu-waktu terjadi yang tidak diinginkan," jelasnya.

"Arung Palakka juga demikian, dia menerima tawaran itu karena khawatir siapa tahu nanti VOC berbalik bergabung juga dengan Kerajaan Gowa," pungkas Suryadi.

Perang Makassar berakhir pada 24 Juni 1669, ditandai dengan berhasil ditaklukkannya benteng utama dan benteng Kerajaan Gowa. Lima hari setelahnya, yakni pada 29 Juni 1669, Raja Gowa Sultan Hasanuddin turun tahta.




(alk/nvl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads