Menko Polhukam Mahfud Md menargetkan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan, Malang, akan merampungkan investigasinya pekan depan. Tim saat ini masih mengumpulkan bukti di lapangan, baik dari pihak saksi termasuk mendalami rekaman CCTV di stadion.
Dilansir dari detikNews, Mahfud mengatakan, pihaknya berencana menghadirkan narasumber utama dalam insiden itu. Rencananya saksi tersebut akan dihadirkan di kantor Menko Polhukam pekan depan.
"Kami akan berkonsentrasi menyusun laporan sehingga diharapkan pekan depan selesai," ungkapnya Mahfud kepada wartawan di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat (Jakpus), Jumat (7/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahfud menuturkan, tim pencari fakta tengah berpencar untuk menemui narasumber di lapangan. Pihaknya sedang mencari bukti-bukti fisik yang berkaitan dengan tragedi Kanjuruhan.
"TGIPF lagi berpencar ke lapangan di Jakarta, Surabaya, Malang menemui narasumber dan melihat serta mencari bukti-bukti fisik yang bisa dibawa," tuturnya.
Mahfud menuturkan, TGIPF juga masih memeriksa bukti CCTV di Stadion Kanjuruhan. Menurutnya, investigasi ini sulit dirampungkan jika rekaman CCTV itu tidak ditelusuri.
"Sekarang masih diurus di Jawa Timur. Pastilah kita kalau ndak melihat itu (CCTV) kan sulit juga," kata Mahfud.
Rekaman CCTV itu pun akan dipastikan keasliannya. Apalagi saat ini editan rekaman video CCTV bisa dengan mudah direkayasa atau diedit.
"Kan biasa tuh orang membuat gambar-gambar antara gambar dan berteriak (suara) itu beda, tempatnya beda, gambarnya aja, orangnya siapa," terang dia.
"Joe Biden saja begini (tangannya di dekat telinga), lalu ada suara azan seakan-akan dia azan, itu bisa saja tuh di video-video beredar itu terjadi, kita kan ndak bodoh juga ya untuk tahu teknologi yang begitu," sambungnya.
Untuk diketahui, kerusuhan terjadi usai laga Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam. Sebanyak 131 orang dilaporkan meninggal dunia.
Tembakan gas air mata di lokasi membuat para penonton panik berhamburan. Para korban meninggal dilaporkan karena sesak napas akibat gas air mata dan terinjak-injak saat hendak keluar dari stadion.
"Jadi data korban meninggal 131 orang," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo dilansir Antara, Rabu (5/10) lalu.
(sar/nvl)