Polri memastikan akan menginvestigasi penggunaan gas air mata yang dilarang FIFA saat terjadi Tragedi Kanjuruhan. Insiden pintu stadion terkunci saat Aremania berusaha menyelamatkan diri karena terjebak gas air mata juga akan didalami.
"Tunggu kerja tim (investigasi) dulu," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Dedy Prasetyo, seperti dilansir detikNews, Minggu (10/2/2022).
Dedi menegaskan pihaknya saat ini sedang melakukan evaluasi secara menyeluruh dan komprehensif. Dia pun berjanji akan segera menyampaikan hasilnya kepada publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu harus dievaluasi secara menyeluruh dan komprehensif dan nanti hasil daripada evaluasi menyeluruh sesuai dari perintah Bapak Presiden nanti disampaikan," bebernya.
Larangan penggunaan gas air mata tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations. Aturan tersebut tertuang pada pasal 19 b) tertulis, 'No firearms or "crowd control gas" shall be carried or used'. Aturan tersebut menyebutkan penggunaan senjata api atau gas untuk mengontrol kerumunan dilarang dibawa dan digunakan.
18 Polisi Operator Senjata Pelontar Gas Air Mata Diperiksa Itsus-Propam
Sebanyak 18 polisi yang menjadi operator senjata pelontar gas air mata menjalani pemeriksaan dari tim investigasi polri. Mereka diperiksa Itsus-Propam terkait Tragedi Kanjuruhan.
"Tim dari pemeriksa Bareksrim untuk secara internal dari Itsus dan Propam melakukan pemeriksaan anggota yang terlibat langsung dalam pengamanan," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan di Polres Malang, dilansir detikJateng, Senin (3/10).
"Delapan belas orang anggota yang bertanggung jawab atau operator senjata pelontar didalami Itsus dan Propam," jelasnya.
Selain itu, Dedi menuturkan tim Itsus dan Propam juga akan mendalami terkait masalah manajer pengamanan. Anggota yang akan menjalani pemeriksaan ini dari tingkat perwira (pertama) hingga pamen.
"Juga mendalami terkait masalah manajerial pengamanan, mulai pangkat perwira (pertama) sampai pamen," beber Dedi.
Pintu Stadion Terkunci Usai Penembakan Gas Air Mata
Pintu stadion Kanjuruhan yang terkunci membuat penonton kesulitan menyelamatkan diri keluar dari stadion usai aparat menembakkan gas air mata. Informasi yang disampaikan sejumlah korban selamat Tragedi Kanjuruhan ini akan diinvestigasi kepolisian.
Media Officer (MO) Arema FC Sudarmaji mengungkapkan bahwa kabar tentang pintu stadion yang tertutup itu masih dalam proses investigasi pihak berwajib. Pihaknya enggan berspekulasi sebelum hasil investigasi keluar.Sehingga pihaknya bisa memastikan apakah pengakuan suporter soal pintu stadion tertutup tersebut benar atau tidak.
"Itu bagian dari proses investigasi. Jadi ditunggu aja, apakah benar-benar pintu ditutup atau dibuka. Karena itu kita menghormati dan menghargai investigasi yang sedang berjalan," ujar Sudarmaji saat konferensi pers di Kantor Arema FC, Kota Malang, Senin (3/10).
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Sehingga kata Sudarmaji, manajemen Arema FC hanya bisa pasrah dan menyerahkan semuanya kepada petugas yang melakukan investigasi. Saat ini pihaknya lebih fokus pada penanganan korban Tragedi Kanjuruhan.
"Sekali lagi, Manajemen Arema FC fokus pada tanggap darurat yang direkomendasikan kepada Manajemen Arema FC. Jadi kita lagi fokus menangani korban," bebernya.
Alasan Polisi Tembakkan Gas Air Mata
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menuturkan kekalahan Arema FC membuat suporternya kecewa sehingga turun ke lapangan mencari para pemain dan ofisial Arema FC. Polisi kemudian menembakkan gas air mata karena suporter mulai berbuat onar dan anarkis.
"Oleh karena pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan mengincar para pemain," kata Nico dalam konferensi pers di Polres Malang, Minggu (2/10).
"Dalam prosesnya itu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan sampai dilakukan (penembakan) gas air mata karena sudah anarkis, sudah menyerang petugas, merusak mobil, dan akhirnya kena gas air mata," imbuhnya.
Para suporter kemudian berhamburan ke satu titik keluar stadion setelah gas air mata ditembakkan. Akibatnya terjadi penumpukan suporter yang mengakibatkan sesak napas karena kekurangan oksigen.
"Di dalam proses penumpukan itulah terjadi. kurang oksigen yang oleh tim medis dan tim gabungan ini dilakukan upaya penolongan yang ada di dalam stadion kemudian juga dilakukan evakuasi ke beberapa rumah sakit," bebernya.