Nasib malang menimpa balita berusia 3 tahun bernama Muhamad Gifari di Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara (Sulut). Ia mengalami hipotermia usai dibawa mendaki oleh orang tuanya di Gunung Soputan dan tersesat selama dua hari.
Tim SAR gabungan berhasil menemukan 7 pendaki dewasa yang tersesat di gunung Soputan saat tengah beristirahat di tengah jalan karena bayi yang turut dibawa dalam pendakian tersebut mengalami gejala hipotermia.
"Tim SAR gabungan menemukan korban di pinggir jalan sedang beristirahat karena balita mengalami gejala hipotermia," ujar Kepala Basarnas Manado Monce Brury dalam keterangannya, Senin (26/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuh pendaki dewasa dan 1 balita tersebut awalnya dilaporkan hilang pada Minggu (25/9) dini hari. Tim SAR gabungan lalu dikerahkan untuk memulai pencarian para korban.
"1 Tim rescue bergerak cepat dikarenakan ada balita yang ikut pendakian," ujarnya.
Tim baru menemukan para pendaki tersesat itu pada Senin (26/9) sekitar pukul 08.00 Wita pagi. Para pendaki gunung yang tersesat itu berhasil ditemukan dalam keadaan sehat.
"Tim SAR gabungan langsung mengevakuasi korban dan balita langsung dievakuasi menggunakan motor untuk dibawa turun mengingat balita mengalami gejala-gejala hipotermia, semua korban dievakuasi dalam keadaan selamat," katanya.
Diketahui, para pendaki yang hilang itu adalah Fauzan Mamonto (21) Aidil Akbar (21), Ardika Moho (18), Acan Weker (19), Putri Nuraim (21), Fazrim Moho (21), Yayan Rahman (27) dan anak balitanya Muhamad Gifari.
7 Pendaki Tersesat Ternyata Masih Pemula
Tujuh pendaki dewasa, termasuk orang tua sang bayi rupanya masih pemula. Mereka baru pertama kalai melalui jalur tersebut sehingga berakhir tersesat.
"Mereka itu pendaki pemula yang baru kali itu lewat jalur itu," kata Dantim Rescue Basarnas Manado Steven Lumowa kepada detikcom, Senin (26/9).
Awalnya ketujuh pendaki tersebut pergi ke Gunung Soputan melewati Desa Tumaratas, pada hari Minggu (25/9), sekitar pukul 9.00 Wita. Namun, mereka yang masih pemula mengalami kesulitan kemudian tersesat selama dua hari di atas Gunung Soputan.
"Mereka naik dari Desa Tumaratas, saat di kawat dua mau ke tempat pemandangan itu mereka hilang. Jadi mereka terputar-putar sekitar situ," ujarnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya...
Sempat Cekcok Karena Panik
Mereka yang masih pemula pun panik, akibatnya sempat terjadi adu mulut. Pasalnya, ada diantara mereka yang memilih untuk kembali ke desa, ada yang memilih untuk tetap melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Soputan.
"Akhirnya sampai malam mereka terputar-putar mencari jalan di kawat dua. Kemudian sekitar jam 9 mereka sudah panik, karena teman mereka ada yang luka kena duri di atas mata. Satunya lagi berdarah kena luka," ujarnya.
Setelah mereka terlibat cekcok, akhirnya diputuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Soputan.
"Nah mereka semakin panik, mereka ambil keputusan untuk turun, tidak naik ke pemandangan terus. Karena saat itu mereka sudah tidak ingat jalan," katanya.
Tim Beri Arahan Agar Bayi Bertahan
Karena mereka telah tersesat, akhirnya ada salah satu pendaki yang menelepon kepada Basarnas setempat. Setelah itu Basarnas lalu mengarahkan agar para pendaki itu tidak ke mana-mana.
Karena diberitahukan bahwa ada satu balita yang ikut dibawa dalam pendakian tersebut mengalami gejala hipotermia, pihaknya lalu memberi arahan supaya sang balita itu tetap bertahan hingga tim tiba. Selanjutnya para pendaki lalu membuat api supaya balita tersebut bisa tetap bertahan.
"Mereka tersesat dan ada anak bayi yang sudah kedinginan. Kami arahkan, stay di situ, buat perapian untuk panaskan anak bayi. Karena gejala hipotermia," pungkasnya.