Warga Desa Labuku, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah 13 hari terisolir akibat fenomena tanah bergerak. Warga kini menunggu kepastian Pemda Enrekang untuk direlokasi.
"Sudah 2 pekan ini kami terisolasi terhitung 31 Agustus kemarin. Warga yang rumahnya rusak parah masih mengungsi di tenda pengungsian," kata Kepala Desa Labuku, Abdul Wahab saat berbincang dengan detikSulsel di lokasi, Senin (12/9/2022).
Pantauan detikSulsel, Senin (12/9/2022) di Desa Labuku beberapa infrastruktur jalan desa masih dalam keadaan rusak parah, material longsor juga memenuhi badan jalan. Sementara rumah yang bergeser sudah mulai dirobohkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data yang diperoleh, sebanyak 32 rumah warga rusak berat dan kurang lebih 300 Kepala Keluarga (KK) terdampak fenomena tanah bergerak ini.
Beberapa warga desa utamanya balita yang berada di rumah dan tenda pengungsian mulai sakit-sakitan. Mereka berharap desanya segera pulih akibat fenomena tanah bergerak ini.
Wahab mengungkapkan Pemda Enrekang hingga saat ini belum memberikan kepastian apakah warga akan direlokasi ke tempat yang lebih aman. Padahal saat ini struktur tanah masih terus mengalami pergerakan.
"Ini masih terus bergerak tanahnya. Kalau hujan lebat datang pasti ada yang rubuh. Makanya kami ini masih tunggu kejelasan Pemerintah apakah warga akan direlokasi atau selamanya mengungsi di sini," ungkapnya.
![]() |
Wahap mengungkapkan ketersediaan pangan untuk warga terisolir sudah cukup. Beberapa bantuan berupa bahan pokok dan obat-obatan dari Pemda Enrekang sudah disalurkan.
"Alhamdulillah, kalau konsumsi untuk warga desa aman, karena banyak bantuan datang. Cuman kepastian itu tadi, kapan kami di relokasi karena tidak mungkin kami mengungsi terus," ucap Wahab.
Sementara, Ketua DPRD Enrekang Idris Sadik yang tiba di lokasi bencana meminta Pemkab Enrekang bergerak cepat untuk mengambil kebijakan bagi warga Desa Labuku.
Menurutnya, ahli geologi juga harus segera dikerahkan untuk meneliti struktur tanah agar bisa mendapat informasi apakah wilayah tersebut masih layak untuk pemukiman atau tidak.
"Sekarang memang harus ada kebijakan secara cepat untuk menanggulangi ini. Karena melihat kondisi struktur tanah area ini sudah tidak bisa digunakan lagi," katanya.
"Makanya butuh ahli geologi untuk melihat dan mempelajari apakah area ini masih representatif untuk pemukiman warga. Jangan biarkan warga berlarut-larut di tenda pengungsian," ujarnya.
(hsr/hmw)