Tarif jasa ekspedisi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami kenaikan hingga 30 persen karena tarif angkutan juga ikut naik. Kenaikan ini merupakan efek domino yang dipicu atas kenaikan harga BBM.
Ketua Himpunan Pengusaha Ekspedisi (Hipeksi) Makassar, Hasanuddin Dundung menuturkan bahwa penyesuaian tarif ekspedisi harus diberlakukan. Apalagi angkutan ekspedisi kebanyakan menggunakan BBM jenis solar.
Sementara solar saat ini mengalami kenaikan dari harga Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Situasi ini akan menambah beban operasional angkutan, yang otomatis turut berimbas pada jasa ekspedisi.
"90 persen angkutan ekspedisi di Makassar itu menggunakan solar," kata Hasanuddin kepada detikSulsel, Senin (5/9/2022).
Kenaikan BBM ini membuat jasa ekspedisi di Kota Makassar mau tak mau ikut menaikkan tarif. Hitungannya, tarif akan naik di kisaran 20-30 persen.
"Rekan angkutan barang (pelaku usaha ekspedisi) siapkan kenaikan tarif angkutan 20 hingga 30 persen," sebutnya.
Hasanuddin menambahkan, tarif setiap pengangkutan barang disesuaikan dengan item yang dimuat. Kebutuhan pokok atau bahan material bangunan yang disitribusikan, tarifnya berbeda.
Misalnya lanjut Hasanuddin, angkutan gula selama ini tarifnya Rp 15.000 per sak. Seiring harga baru BBM, maka tarif angkutan pasti dinaikkan 20 hingga 30 persen dari harga itu.
"Jadi yang dinaikkan per itemnya sesuai jaraknya, misalkan ke Bulukumba atau Palopo atau daerah lain," imbuhnya.
Menurutnya, naiknya tarif jasa ekspedisi merupakan salah satu sektor yang terdampak dari kenaikan harga BBM. Namun ujungnya masyarakat lah yang akan terbebani.
"Paling berdampak ini ya ke masyarakat luas. Misalnya teman-teman yang biasa muat bahan makanan (naikkan tarif) itu kan semua kebutuhan pokok pasti akan ikut naik (harganya)," ujar Hasanuddin.
Tarif Angkot Makassar Naik 10 Persen
Sementara tarif angkutan umum atau pete-pete di Makassar ditetapkan naik 10 persen yang berlaku per 5 September 2022. Angka ini disebut masih kecil dibandingkan pemerintah yang menaikkan harga BBM mencapai 30,7 persen.
"Kami hanya menetapkan persentase hanya 10% dari penyesuaian tarif. Sementara pemerintah sendiri 30,7%," beber Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Makassar, Zainal Abidin yang dihubungi, Senin (5/9).
Menurutnya, kenaikan tarif harusnya sebesar 20 persen. Namun pihaknya khawatir mematok penyesuaian tarif terlalu tinggi karena bisa membebani warga.
"Khawatirnya kami, pengguna angkutan umum yang selama ini menggunakan pete-pete, mereka akan berpindah dan bisa lari karena terlalu mahal," ujarnya.
Adanya kenaikan tarif angkot di Makassar tersebut, maka tarif pete-pete yang dulunya dipatok Rp 7.000, naik menjadi Rp 8.000. Selain tarif rute umum tersebut, ada kenaikan tarif pada trayek khusus yang melalui Pasar Sentral menuju Sudiang, hingga Pannampu.
"Kemudian ada jalur 2, dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.000 yaitu (Pasar) Sentral sampai Sudiang. Kemudian dari sentral ke Pannampu lewat tol simpang lima, dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.000," urai Zainal.
Simak tarif angkutan di sejumlah wilayah Sulsel di halaman berikutnya.
(sar/hmw)