Warga Desa Labuku, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah 2 hari terisolasi akibat fenomena tanah bergerak. Sedikitnya ada 20 rumah warga rusak akibat fenomena ini.
"Di Desa Labuku ini yang paling parah. Warga betul-betul tidak bisa kemana-mana karena jalan dan rumah warga rusak parah. Di sana juga tidak ada jaringan komunikasi dan listrik padam, sudah dua hari ini. Kurang lebih ada 300 KK di sana," kata salah seorang warga Desa Labuku, Marwah kepada detikSulsel, Kamis (1/9/2022).
Marwah mengungkapkan tanah bergerak terjadi pada, Selasa (30/8), saat itu hujan deras. Hal ini membuat struktur tanah di Desa Labuku labil dan mengalami pergerakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibatnya jalan di sempajang desa tersebut rusak. Bahkan ada 20 rumah warga bergeser.
"Sepanjang jalan desa rusak. Tidak bisa dilalui, makanya warga di sana juga tidak bisa keluar dari desa Pak," ungkapnya.
Marwah menambahkan beberapa warga sudah mengungsi di tenda pengungsian yang lokasinya dinilai lebih aman. Mereka mengungsi karena trauma adanya pergerakan tanah susulan.
"Mereka trauma. Beberapa dari mereka sudah mengungsi ke tenda pengungsian. Ada juga warga yang mengungsi di rumah keluarganya," bebernya.
Sementara itu, Kepala BPBD Enrekang, Arsil Bagenda mengutarakan, saat ini dirinya bersama tim siaga bencana sudah menuju ke Desa Labuku untuk menyalurkan bantuan kepada warga Desa yang terisolasi akibat fenomena tanah bergerak tersebut.
"Ini kami dalam perjalanan. Kami juga mengerahkan alat berat untuk membersihkan material tanah yang menutupi jalan. Kami bawa sembako sesuai kebutuhan masyarkat di sana," jelas Arsil.
Selain Desa Labuku, 2 desa lainnya juga terdampak fenomena tanah bergerak dan bencana tanah longsor. Diantaranya, Desa Lebani dan Desa Tapong di Kecamatan Maiwa, Enrekang.
(hsr/sar)