Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) mendapat penolakan dari warga. Pasalnya pembangunan tersebut dinilai akan mengancam situs sejarah.
"Di sana itu ada situs Sipakko yang harusnya kita lestarikan. Pembangunan PLTA nantinya akan mengancam situs tersebut," kata Ketua Forum Kalumpang Raya (FKM) Sudirman, Jumat (26/8/2022).
Sudirman juga menyebut sepanjang bantaran Sungai Karama juga terdapat beberapa makam para leluhur. Bahkan beberapa warga saat ini masih menggunakan Sungai Karama sebagai jalur transportasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana pembangunan PLTA oleh PT DND Hydro Ecopower juga disebutnya akan berdampak pada ekosistem sungai dan hutan tempat mata pencaharian warga. Sehingga potensi terjadi banjir bandang.
"Banyak yang akan terdampak termasuk juga beberapa desa di Kecamatan Bonehau," bebernya.
Sudirman mengaku saat ini ia dan beberapa mahasiswa Kalumpang menagih janji Pj Gubernur, DPRD Sulbar dan Bupati Mamuju untuk menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Kecamatan Kalumpang.
"Kita (FKM) sudah dijanji, katanya tanggal 1 Agustus kemarin mau datang ke Kalumpang. Cuman sampai sekarang belum ada, Kalaw Perusahaan mau RDP di Kantor DPRD kami tidak akan hadir karena kita sudah dijanji RDP langsung di Kecamatan Kalumpang bersama warga," jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Bupati Mamuju Sutinah Suhardi membenarkan akan ada agenda RDP dengan para warga yang menolak pembangunan PLTA bersama Pj Gubernur Sulbar, Akmal Malik dan pihak perusahaan.
"Kita memang agendakan untuk itu (RDP), cuman kita belum dapat jadwal yang tepat dengan Pj gubernur," kata Sutinah melalui pesan singkat, Sabtu (27/8).
Sutinah mengaku akan mencari jadwal yang tepat bersama Pj Gubernur sehingga bisa duduk bersama dengan warga yang menolak pembangunan PLTA.
Tanggapan Budayawan Sulbar
Budayawan Sulbar Muhaimin Faisal juga menanggapi rencana pembangunan PLTA di Kecamatan Kalumpang. Ia menyebut para pengambil kebijakan tidak mengerti kebudayaan.
"Membangun Kalumpang tentu berbeda dengan membangun Topoyo (Mamuju Tengah), kalumpang memiliki sejarah panjang," ujarnya.
Kalumpang sendiri disebutnya sebagai satu-satunya daerah di nusantara yang masih menyisakan tradisi peradaban Austronesia yang lengkap. Sepanjang Sungai Karama merupakan situs-situs sejarah karena merupakan akses lalu lintas manusia saat itu.
"Kalau itu dibendung (Dibangun PLTA) nyaris separuh kehidupan nenek moyang orang Sulawesi akan hilang. Saya kira itu adalah mimpi buruk bagi daerah ini," tegasnya.
(hsr/sar)