SMP di Minahasa Utara Rusak Parah, Ruang Kelas Dipenuhi Kotoran Hewan

Sulawesi Utara

SMP di Minahasa Utara Rusak Parah, Ruang Kelas Dipenuhi Kotoran Hewan

Trisno Mais - detikSulsel
Kamis, 28 Jul 2022 15:20 WIB
SMPN 5 Satap Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulut.
Foto: SMPN 5 Satap Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulut. (Trisno Mais/detikcom)
Minahasa Utara -

Bangunan SMPN 5 Satu Atap (Satap) Likupang Barat (Likbar), Kabupaten Minahasa Utara (Minut), Sulawesi Utara (Sulut) rusak parah. Ruang kelas bahkan dipenuhi kotoran binatang yang mengganggu kenyamanan belajar siswa.

Pantauan detikcom, Kamis (27/7/2022), tampak atap sekolah rusak, hingga plafon sudah ada yang jatuh. Pintu dan dan jendela di kelas pun rusak, termasuk dinding bangunan sekolah retak di sejumlah bagian.

Selain itu fasilitas WC SMPN 5 Satap Likupang Barat tidak layak untuk digunakan lagi. Ada dua WC yang saat ini kondisinya tidak bisa difungsikan karena dipenuhi sampah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mirisnya, binatang masih berkeliaran di kawasan sekolah hingga buang kotoran di dalam kelas. Hal ini dikarenakan pintu kelas dan jendela yang rusak.

"Terkadang binatang tidur dan membuang kotoran di kelas. Jadi kami dan para siswa ikut membersihkan," kata Wakil Kepala Sekolah (Wakepsek) SMPN 5 Satap Likupang Barat, ketika ditemui detikcom pada Kamis (27/7/2022).

ADVERTISEMENT
SMPN 5 Satap Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulut.Foto: Kondisi bangunan SMPN 5 Satap Likupang Barat, Minahasa Utara, Sulut. (Trisno Mais/detikcom)

Menurut Robert, tiga ruang kelas di sekolahnya sudah tidak layak untuk dijadikan ruang belajar. Setiap pagi, siswa dan guru harus membersihkan kotoran hewan terlebih dahulu sebelum memulai proses belajar mengajar.

"Kalau dari segi kenyamanan, tidak nyaman, karena pagi hari sering kali banyaknya kotoran binatang. Jadi sebelum belajar harus membersihkan ruang kelas. Sebab pintu dan jendela sudah rusak," keluhnya.

Apalagi selama ini pihaknya tidak memiliki penjaga dan petugas kebersihan sekolah. Makanya tanggung jawab kebersihan dikembalikan ke siswa masing-masing.

"Untuk penjaga sekolah tidak ada. Setiap pagi siswa diakomodir untuk membersihkan lingkungan dan ruang kelas, baru mereka masuk belajar," imbuh Robert.

Robert juga mengaku khawatir dengan keselamatan anak didiknya. Masalahnya atap bangunan tersebut ikut terbang ke mana-mana, apabila angin keras yang dikhawatirkan bisa menimpa siswa.

"Kondisi sekolah kalau cuaca ekstrem kondisi di sekolah sangat memprihatinkan. Jadi kalau seperti itu kami akan pertimbangkan untuk masuk sekolah," pungkasnya.




(sar/tau)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads