Petani di Bone Keluhkan Harga Jual Jagung Anjlok saat Pupuk Makin Mahal

ADVERTISEMENT

Petani di Bone Keluhkan Harga Jual Jagung Anjlok saat Pupuk Makin Mahal

Agung Pramono - detikSulsel
Sabtu, 16 Jul 2022 21:06 WIB
Petani jagung di Bone, Sulsel.
Foto: Petani jagung di Bone, Sulsel. (Agung Pramono/detikSulsel)
Bone -

Petani di Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengeluhkan anjloknya harga jual jagung di awal panen. Kondisi itu membuat petani merugi lantaran biaya keperluan tanam, yakni mulai dari pupuk hingga racun hama justru semakin makin mahal.

"Ini kita sudah mulai panen. Namun harga jual jagung saat ini Rp 2.800 per kilogram," kata Rusman kepada detikSulsel, salah seorang petani jagung di Desa Mamminasae, Kecamatan Lamuru, Sabtu (16/7/2022).

Rusman mengatakan pada awal panen bulan April lalu harga jual jagung di kisaran Rp 3.500 sampai Rp 4.200 per kg. Namun kini harga jualnya anjlok di harga Rp 2.800 per kg.

"Kita mulai mengongkos mulai dari beli bibit jagung, biaya tanam, pupuk yang langka dan mahal. Begitu juga dengan racunnya. Baru kita mau jual (jagung) dengan harga Rp 2.800 per kg, hancur kita," keluhnya.

Sementara harga pupuk non subsidi makin mahal. Kondisi ini membebani petani karena biaya operasional yang makin tinggi.

"Harga pupuk Urea, Phonska paling murah Rp 155.000 per sak hingga Rp 160.000 per sak. Padahal biasa harganya di kisaran Rp 130.000 per sak hingga Rp 140.000 per sak," beber Rusman.

Petani hanya sanggup membeli pupuk subsidi, namun stoknya sulit didapat. Sebab, pupuk non subsidi seperti NPK Pelangi, NPK Plus, dan Urea non subsidi paling murah harganya Rp 180.000 per sak.

"Kami ini hanya berharap ke pemerintah agar menambah alokasi pupuk subsidi bagi petani," harap Rusman.

Petani lainnya di Desa Tea Musu, Kecamatan Ulaweng, Adi juga mengeluhkan harga jual jagung turun pada awal panen ini. Hanya diharapkan pemerintah segera turun tangan menstabilkan harga.

"Semoga pemerintah bisa turun mengintervensi soal harga jual jagung ini. Kami rugi besar kasian," ucapnya.

detikSulsel mengkonfirmasi Plt Kepala Dinas Perdagangan Bone Anwar, dan Kabid Bahan Pokok Dinas Perdagangan Bone Andi Marwiah terkait situasi ini. Namun keduanya belum memberikan tanggapan.

Terapkan Sistem Resi Gudang

Sementara itu, Direktur Perumda Ellung Mangenre Dirga Baso menerangkan, Perumda akan menyiapkan sistem resi gudang (SRG) yang arahnya untuk berpihak kepada kepentingan Petani. Selain itu juga melibatkan lembaga keuangan.

"Untuk memenuhi kebutuhan harian petani nanti diberikan resi atau surat berharga atas komoditi (jagung) yang dimasukkan dalam SRG oleh lembaga keuangan. Pada SRG juga ada kontrol mutu terkait komoditinya," ucap Dirga.

Dirga menambahkan sistem resi gudang memungkinkan petani untuk menyimpan hasil panennya untuk dijual kembali ketika harga dianggap menguntungkan atau disebut tunda jual. Secara tidak langsung skema ini juga mengasah kemampuan kewirausahaan petani dalam menentukan waktu jual yang tepat untuk memperoleh keuntungan tertinggi.

"Hanya saja untuk memaksimalkan itu kita butuh sosialisasi, edukasi, dan kerjasama dari stakeholder yang ada terkait pemanfaatan SRG," jelasnya.



Simak Video "Polisi Ciduk Kurir 2 Kg Sabu & 4.500 Butir Ekstasi di Bone"
[Gambas:Video 20detik]
(sar/hmw)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT