Jembatan gantung reyot penghubung Desa Sarapeang dengan Kelurahan Rembon, Kecamatan Rembon, Kabupaten Tana Toraja kondisinya memprihatinkan karena hampir putus, lantainya lapuk, dan berlubang. Akibatnya warga harus menantang maut melintasi jembatan meski keselamatannya terancam.
"Ini kayunya kemarin beberapa warga sudah perbaiki tapi sudah rusak lagi," ungkap salah seorang warga Desa Sarapeang Herman Bugi saat ditemui detikSulsel, Kamis (26/5/2022).
Herman menuturkan kondisi jembatan ini butuh perhatian pemerintah. Apalagi kondisi jembatan sudah membahayakan. Padahal jembatan ini menjadi akses terdekat ke sekolah dan puskesmas di seberang sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah lama begini. Bahaya sekali untuk anak-anak sekolah, karena beberapa tali gantung sudah hampir putus, kayu penyeberangannya sudah ada jebol. Jadi setiap saat bisa saja rubuh," tuturnya.
Dia menambahkan, warga sudah beberapa kali berinisiatif memperbaiki jembatan ala kadarnya. Termasuk memasang potongan kayu untuk menutup lantai jembatan yang jebol.
"Kalau soal keamanan pasti-mi tidak aman, jembatannya sudah goyang-goyang sama pengamannya di sisi jembatan itu sudah terbuka semua," jelasnya.
Akses Terdekat Warga ke Puskesmas
Warga lainnya, Piter Salu berharap jembatan reyot ini segera diperbaiki. Jembatan ini disebutnya menjadi akses terdekat warga ke puskesmas.
"Di desa kami (Sarapeang) tidak ada puskesmas atau pustu (puskesmas pembantu). Semua ada di seberang jembatan itu. Jadi kalau ada sakit kita lewati jembatan," beber Piter.
Ini lantaran jembatan ini menjadi akses terdekat ke Puskesmas Kelurahan Rembon sehingga warga terpaksa melintasi jembatan reyot ini. Bila mencari jalur alternatif, warga harus memutar cukup jauh sehingga memakan waktu.
"Kalau kita tidak lewati jembatan, itu kita keliling lagi, jauh sekali. Jadi mau tidak mau kita lewati jembatan saja," jelasnya.
Pelajar Tetap Nekat Seberangi Jembatan
Salah seorang pelajar SMP 2 Rembon Dini mengutarakan, setiap harinya dirinya beserta pelajar desa Sarapeang lainnya melewati jembatan tersebut. Lantaran ini menjadi akses terdekat.
"Takut, tapi kalau tidak lewat jembatan itu kita keliling jauh sekali sedangkan kita cuma jalan kaki," ujarnya.
Dini menuturkan saat menyeberangi jembatan dia harus ekstra hati-hati. Berjalan di sisi jembatan untuk menghindari menginjak kayu yang sudah lapuk. Termasuk saat melintasi papan darurat yang dipasang warga di bagian jembatan yang sudah jebol.
"Goyang-goyang jembatannya, makanya harus pegang kencang kalau mau lewat," tuturnya.
Camat Rembon Yulius Papalangi mengutarakan, dirinya belum pernah melihat kondisi jembatan penyeberangan tersebut. Namun, pihaknya segera akan mengusulkan perbaikan jembatan di musyawarah perencanaan pembangunan (musrembang).
"Belum saya liat jembatannya karena baru satu bulan menjabat. Tapi kalau infonya begitu, nanti saya liat kondisinya dulu baru kami usulkan di Musrembang," tandasnya.
(tau/asm)