Jembatan gantung reyot di Desa Sarapeang, Kelurahan Rembon, Kecamatan Rembon, Kabupaten Tana Toraja kondisinya kian mengkhawatirkan karena kayunya lapuk dan bolong. Warga sekitar kemudian berinisiatif memperbaiki sendiri jembatan ala kadarnya.
"Ini kayunya kemarin beberapa warga sudah perbaiki tapi sudah rusak lagi. Kalau soal keamanan pasti-mi tidak aman, jembatannya sudah goyang-goyang sama pengamannya di sisi jembatan itu sudah terbuka semua," ungkap salah seorang warga Desa Sarapeang Herman Bugi saat ditemui detikSulsel, Kamis (26/5/2022).
Herman mengungkapkan, jembatan gantung yang menghubungkan Desa Sarapeang dengan Kelurahan Rembon itu memiliki panjang bentangan 40 meter yang dibangun pada tahun 2010 lalu. Di bawah jembatan, terdapat aliran sungai yang cukup deras. Tinggi jembatan dengan aliran sungai diperkirakan 10 meter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah lama begini. Bahaya sekali untuk anak-anak sekolah, karena beberapa tali gantung sudah hampir putus, kayu penyeberangannya sudah ada jebol. Jadi setiap saat bisa saja rubuh," tuturnya.
Jembatan gantung tersebut diketahui menjadi akses terdekat pelajar menuju sekolah yang berada di Kelurahan Rembon. Terdapat satu sekolah dasar (SD) 239 Inpres Rembon dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Rembon di sana.
Salah seorang pelajar SMP 2 Rembon Dini mengutarakan, setiap harinya dirinya beserta pelajar desa Sarapeang lainnya melewati jembatan tersebut.
"Takut kak, tapi kalau tidak lewat jembatan itu kita keliling jauh sekali sedangkan kita cuma jalan kaki," ujarnya.
Saat menyeberangi jembatan kata Dini, dirinya harus ekstra hati-hati. Berjalan di sisi jembatan untuk menghindari kayu penyeberangan yang sudah lapuk.
"Goyang-goyang jembatannya, makanya harus pegang kencang kalau mau lewat," tandasnya sambil tertawa.
(tau/nvl)