Bupati Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Fahsar Mahdin Padjalangi menegaskan pembangunan jalan masuk Bandara Arung Palakka sudah harus rampung Mei nanti. Dia mengklaim sudah 90 persen warga sepakat menjual lahannya.
"Diusahakan pada bulan Mei rampung semua (pembangunan jalan masuk bandara). Sudah harus rampung," kata Fahsar kepada wartawan, Minggu (24/4/2022).
Fashar mengatakan warga yang masih menolak menjual lahannya diharapkan bisa segera menjalin komunikasi dengan stakeholder terkait. Sejauh ini masih ada lima pemilik lahan yang menolak melepas lahannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk warga yang masih menolak perlu didekati, karena semua regulasi sudah kita lalui, proses di pengadilan juga sudah dilalui, dan aturannya yang mengatakan harganya sudah ditetapkan, dengan dananya di konsinyering di pengadilan," jelasnya.
Kendati begitu, Fashar mengaku tidak masalah jika masih ada warga yang menolak. Apalagi sudah 90 persen warga bersedia melepas lahannya untuk pembangunan jalan masuk ke Bandara Arung Palakka.
"Karena memang pembangunan jalan masuk bandara ini untuk kepentingan orang banyak," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR Bone, Askar menambahkan pemerintah tetap meminta kepada camat dan kepala desa untuk berkomunikasi secara persuasif dengan pemilik lahan yang masih menolak.
"Kita harapannya melalui pendekatan emosional, agar tidak ada lagi masalah," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, pembebasan lahan untuk jalan masuk Bandara Arung Palakka masih berpolemik. Para pemilik lahan tak ingin menjual tanahnya dengan harga murah.
"Sampai detik ini belum dibebaskan lahan saya, karena pemerintah mau beli dengan harga murah, Rp 55 ribu per meter. Padahal, janji awalnya pada saat pengukuran harga tanah akan dibelikan di atas Rp 300 ribu per meternya," kata salah seorang pemilik Lahan jalan masuk bandara, Darwis kepada detikSulsel, Senin (14/3).
Dikatakan Darwis, lahan miliknya beserta dengan 4 orang keluarga ada sekitar 1 hektare untuk jalan masuk. Kemudian masih ada dua orang lainnya yang sudah beli sawah di lokasi itu belum dibebaskan lahannya.
"Pihak pemerintah mengundang hari ini untuk rapat soal harga. Semoga sudah ada titik temu. Saya bertahan ini, karena saya merasa sudah dirugikan. Dan bahkan adik saya saya bertahan sampai di Rp 1 juta per meternya," ucapnya.
(asm/sar)