Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Sukri Tamma menilai Ilham Arief Sirajuddin (IAS) punya magnet politik yang cukup besar di Sulawesi Selatan (Sulsel). Maka tak heran ketika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengincar IAS yang tidak dipilih menjadi Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel.
"Menurut saya hal tersebut cukup wajar mengingat dalam konstelasi politik di Sulsel, IAS masih sosok yang diyakini memiliki pengaruh dan pendukung sehingga masih memiliki pesona politik," kata Sukri kepada detiksSulsel, Jumat (8/4/2022).
Pesona politik IAS diakuinya sudah memenuhi standar, apalagi dengan pengalamannya selama bertahun-tahun sebagai politisi. IAS juga dua kali menjabat Wali Kota Makassar pada periode 2004-2009 dan 2009-2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka memiliki sosok IAS oleh partai politik diyakini akan menjadi keuntungan dalam upaya mendapatkan dukungan masyarakat dalam berbagai ajang persaingan politik," nilai Sukri.
IAS sebelumnya sempat vakum selama beberapa tahun dalam dunia politik. Namun, IAS disebut tidak kehilangan daya tarik bagi partai politik manapun yang bisa menjadikannya kader.
"Saya kira ini bukan karena tidak punya figur yang layak. Namun karena IAS memang figur yang punya daya tarik politik yang diinginkan partai politik," sebutnya.
Demokrat Dinilai Akan Kehilangan Figur Magnet Politik Sulsel Jika IAS Hengkang
Sementara bagi Partai Demokrat, kehilangan sosok IAS dinilai akan sangat berpengaruh pada kekuatan politiknya di Sulsel. Termasuk bisa kehilangan potensi suara ketika kontestasi politik berlangsung.
"IAS merupakan politisi yang masih cukup punya magnet politik bagi masyarakat," sebut Sukri.
Jika IAS benar-benar hengkang dari Partai Demokrat, kekuatan partai berlambang mercy itu tentu ikut goyang. Loyalis-loyalis dari IAS bisa saja ikut berpaling.
"Bagi Demokrat terutama untuk konteks Makassar dan Sulawesi Selatan tentu akan menjadi sebuah kehilangan karena di tengah parpol sedang berupaya merekrut kader pontensial, Demokrat malah kehilangan IAS," ucapnya.
PKS Goda IAS untuk Gabung-Tawarkan Tiket Pilgub
PKS memanfaatkan momentum atas tidak terpilihnya IAS sebagai Ketua Demokrat Sulsel. DPW PKS Sulsel pun kini mencoba mengajak IAS untuk bergabung dan menjadi salah satu figur calon gubernur (cagub) di Pilkada 2024 nanti.
Bahkan PKS sudah bertemu dengan IAS belum lama ini. PKS dalam pertemuan itu blak-blakan ingin mengajak IAS untuk bergabung.
"Tentu kita ajak kalau bisa gabung dengan PKS. Ya kalau mau maju pilkada kita beri ruang," ujar Ketua Bidang Polhukam DPW PKS Sulsel Ariady Arsal kepada detikSulsel, Rabu (6/4).
Menurutnya IAS adalah tokoh sentral yang punya pengaruh di Sulsel. IAS dinilai punya banyak pengalaman, terlebih sudah pernah maju di pilgub. PKS saat itu menjadi salah satu partai pengusung.
"Kita buka ruang (kalau mau jadi kader). Namun kita hormati pilihan beliau untuk menjadi kader biasa di Demokrat. Tetapi kalau mau gabung PKS, kita sangat terbuka," kata dia.
Dalam pertemuan PKS dengan IAS, Ariady mengaku PKS banyak mendapat masukan dan saran dari IAS. Salah satunya adalah PKS menjadi partai terbuka dan tidak elitis. Sehingga PKS siap menggelar karpet merah bila IAS ingin bergabung.
"Alhamdulillah kalau IAS mau gabung. Beliau ini ibarat nakhoda kapal, punya banyak penumpang. Jaringannya besar. Terpilihnya istrinya ke DPR RI juga karena efek Pak IAS," jelasnya.
PKS sebenarnya sudah merencanakan pertemuan dengan IAS beberapa bulan sebelumnya. Hanya saja IAS beberapa waktu terakhir sibuk di Musda Demokrat sehingga pertemuan belum terlaksana.
"Setelah kita dengar beliau tidak menjadi Ketua Demokrat, menjadi anggota biasa, baru ada kesempatan. Apalagi di Demokrat belum berproses jauh jadi kita manfaatkan momen di bulan baik ini," sebutnya.
IAS Menang Musda Demokrat Sulsel Tapi AHY Lebih Pilih Ulla
Seperti diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjatuhkan pilihannya kepada Ni'matullah (Ulla) sebagai Ketua Demokrat Sulsel. Sekalipun IAS menang melalui Musda Demokrat Sulsel pada Desember 2021 lalu.
Dari perebutan 26 suara di musda, IAS meraih 16 suara DPC. Sementara Ulla dalam musda meraih 9 suara (8 DPC dan 1 DPD). Satu suara lainnya yaitu DPP abstain.
IAS setelah menerima keputusan DPP Demokrat mengaku realistis. Menurutnya hal tersebut sudah menjadi dinamika yang harus diterima sebagai seorang politikus. IAS menghargai keputusan partai politik yang kini tempatnya bernaung.
"Saya bisa menerima ini dan sedang dalam proses menimbang beberapa hal terkait langkah politik pribadi saya ke depan," kata dia.
IAS lalu mengapresiasi dukungan yang sudah diberikan 16 DPC Demokrat pada musda lalu. Termasuk keputusan 16 DPC menolak laporan pertanggungjawaban (LPJ) kepengurusan DPD Demokrat periode lalu.
"Saya berterima kasih sekaligus memohon maaf kepada seluruh rekan yang sudah berjuang. Sesungguhnya tentang perjuangan ini, tidak pernah ada yang sia-sia. Karena kita benar-benar memahami apa yang kita perjuangkan untuk kebaikan partai ini. Tetap semangat!," tukasnya.
(asm/hmw)