Pemkab Sidrap Sulawesi Selatan (Sulsel) berjanji akan mencarikan solusi untuk mengakomodir permintaan warganya di Desa Belawae, Kecamatan Pitu Riase yang butuh bantuan perahu karena jembatan putus. Pemerintah daerah segera musyawarah membahas solusi.
"Nanti kami musyawarah bersama Pak desa, masyarakat setempat bagaimana solusi untuk pengadaan perahu," ungkap Camat Pitu Riase, Mukti Ali kepada detikSulsel, Sabtu (2/4/2022).
Mukti Ali menjelaskan, sebenarnya sudah pernah ada perahu yang digunakan setelah jembatan putus. Namun belakangan perahu tersebut hanyut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait permintaan warga, Mukti mengaku ia harus bertemu dengan pihak desa setempat dan warga untuk dapat memikirkan bersama solusi pengadaan perahu dan jenis perahu yang sesuai dengan keinginan warga.
"Kita akan coba musyawarah, nanti misalnya selain dari pemerintah apakah dari perusahaan ada bantuan CSR untuk perahu atau pihak-pihak lain yang bisa membantu," jelasnya.
Sekda Sidrap Sudirman Bungi menambahkan pihaknya akan mengupayakan permintaan warga. Dengan meminta SKPD terkait untuk segera mencarikan solusi sebelum proyek jembatan mulai dikerjakan.
"Saya tidak terlalu dalam untuk hal teknis. Nanti kami coba komunikasikan dengan SKPD terkait untuk komunikasi dengan pihak kecamatan dan desa di sana," ungkapnya.
Sebelumnya diberitakan, Warga Desa Belawae butuh bantuan perahu untuk penyeberangan. Mereka selama ini terisolir lantaran akses jembatan gantung di wilayah itu putus dan kini masih menunggu perbaikan pemerintah.
"Sudah dua tahun itu jembatan putus. Masyarakat hanya memakai rakit bambu untuk menyeberang ke dusun sebelah. Ada juga sebenarnya swadaya kita buat perahu kecil tapi terbawa arus dan rusak," ungkap Kepala Desa (Kades) Belawae, Muh. Yasir kepada detikSulsel, Jumat (1/4).
Yasir mengaku permohonan bantuan perahu sudah disampaikan ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidrap. Sembari janji pembangunan jembatan putus dikerjakan dan ditarget rampung tahun ini.
"Sudah pernah saya minta dan dijanji, tapi sampai sekarang belum ada perahu bantuan," keluh dia.
Pasalnya rakit bambu selama ini digunakan membahayakan warga untuk dipakai menyeberang. Apalagi arus sungai cukup deras, belum lagi jika sedang hujan.
"Kami butuh dua perahu agar lalu lintas warga aman. Kalau hanya pakai rakit bahaya juga, apalagi sekarang sering hujan," urai Yasir.
Dia menjelaskan, satu-satunya akses warga Desa Belawae, yakni jembatan gantung sepanjang 120 meter dengan lebar 2,5 meter. Namun jembatan itu putus sekitar bulan September 2019 lalu.
"Itu dulu putus karena ada banjir bandang besar. Kondisi jembatan memang sudah tua dan hanya pakai kayu," ungkap dia.
(tau/hmw)