Pilu Lansia 70 Tahun di Polman Seorang Diri Rawat 2 Anaknya yang ODGJ

Pilu Lansia 70 Tahun di Polman Seorang Diri Rawat 2 Anaknya yang ODGJ

Abdy Febriady - detikSulsel
Selasa, 01 Mar 2022 15:35 WIB
Warga Polman, Andi Saya merawat anaknya yang divonis ODGJ.
Foto: Warga Polman, Andi Saya merawat anaknya yang divonis ODGJ. (Abdy Febriady/detikSulsel)
Polewali Mandar -

Kisah pilu dialami seorang perempuan lanjut usia (lansia) bernama Andi Saya (70) di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar). Di tengah kondisi ekonomi yang terbatas, ia harus merawat 2 anaknya yang divonis orang dalam gangguan jiwa (ODGJ).

Kedua anaknya divonis ODGJ dalam usia yang tidak lagi muda. Mereka masing-masing berinisial AG (45) dan AN (40). AN saat ini dipasung karena sering mengamuk.

Andi Saya merawat keduanya seorang diri di sebuah rumah panggung miliknya, di Desa Riso, Kecamatan Pango, Polewali Mandar. Dia mengaku tak bisa berbuat banyak dan hanya pasrah merawat kedua anaknya dengan kondisi seadanya. Apalagi kondisi keuangannya terus menipis di tengah usianya yang terus menua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mau bagaimana lagi, uang saya juga sudah habis untuk biaya pengobatan keduanya," Aku Andi Saya, saat berbincang dengan wartawan, di rumahnya, Senin (28/2/2022).

Dengan kondisi kedua anaknya tersebut, Andi Saya juga kesulitan untuk bepergian. Waktunya lebih banyak digunakan untuk menyiapkan segala kebutuhan kedua anaknya agar tidak mengamuk.

ADVERTISEMENT

"Semuanya harus disiapkan, mulai dari makanan, mengangkat air untuk kebutuhan mandi, termasuk membersihkan ruangan tempat salah satu anak yang dipasung. Kalau terlambat dia biasa marah sampai mengamuk," tuturnya, lirih.

Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kedua anaknya, Andi Saya hanya mengandalkan sepetak lahan yang dikelolanya. Itu pun berjarak 2 kilometer dan harus ia tempuh dengan berjalan kaki.

"Hasilnya sudah tidak seberapa. Terkadang tidak cukup untuk penuhi kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah, karena (masih ada) keluarga biasa berkunjung beri bantuan, ada juga bantuan dari pemerintah," ungkapnya.

Perempuan kelahiran 1952 ini sebenarnya bisa lebih baik jika rutin mengkonsumsi obat dari puskesmas. Namun sayangnya, obat itu tak bisa lagi ia dapatkan karena dokumen kependudukan keduanya hilang entah ke mana. Sementara jika ingin membeli di apotek mesti ada resep dokter.

"Kalau rutin minum obat, kondisinya lebih baik. Tapi sudah lama obatnya habis. Katanya sudah tidak gratis karena anak saya tidak ada KTP (kartu tanda penduduk). Keluarga berupaya membeli di apotek juga tidak bisa, karena tidak ada resep dari dokter," imbuh Andi Saya.

Sebelumnya, kedua anaknya yakni AG dan AN sebenarnya sudah berulang kali menjalani perawatan di rumah sakit. Namun kondisinya belum kunjung membaik. Termasuk telah mencoba metode pengobatan tradisional.

Salah seorang keluar Andi Saya, Andi Amma mengungkapkan penyakit kejiwaan yang diderita AG dan AN sudah berlangsung lama. AG sendiri pernah berulang kali menjalani pemasungan, namun akhirnya dilepas karena kondisinya sudah semakin membaik.

Diketahui, AG awalnya hanya menderita sakit biasa. Kondisinya menjadi parah setelah ditinggal pergi sang istri yang telah memberinya dua orang anak. Sejak saat itu, perilaku AG menjadi berubah, benci dengan keluarga, hingga kerap mengamuk.

Berbeda dengan AN yang hingga saat ini masih menjalani pemasungan di dalam ruangan berukuran 3 x 3 meter. AN dipasung menggunakan kayu berukuran besar, yang membelenggu salah satu kakinya hingga sulit bergerak.

"AN diduga depresi, soalnya dia pernah merantau ke Jakarta bersama istri, dia bawa modal usaha 50 juta hasil gadai kebun dan jual motor. Setelah di Jakarta, usahanya gagal, uang habis, akhirnya pisah dengan istrinya," pungkasnya.

Kepala Desa Riso, H Onang menyebut sebelumnya AG dan AN telah memiliki kartu identitas kependudukan dan biasa mendapat kunjungan petugas kesehatan. Namun diduga kartu tanda penduduk kedua warganya itu hilang sebelum berpisah dengan istri masing-masing.

"Setahu saya dulu keduanya ada KTP. Kemungkinan hilang. Insyaallah kita akan upayakan agar keduanya bisa memiliki KTP baru. Soalnya tidak pernah dilaporkan," ungkap Onang.

Onang mengatakan pihaknya tetap akan memberikan perhatian, untuk meringankan beban hidup yang harus dijalani Andi Saya bersama kedua anaknya AG dan AN.

"Sebenarnya AG dan AN masih memiliki saudara lain, kondisinya sehat dan sudah berkeluarga. Dia sering kesini untuk memantau kondisi ibu dan saudaranya," pungkasnya.




(asm/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads