Suku Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar) dikenal memiliki tradisi Toyang Roeng atau sebuah permainan mirip komedi putar. Tradisi unik ini seringkali disaksikan pada pesta-pesta pernikahan atau pengantin masyarakat di Tanah Mandar.
Toyang Roeng merupakan sebuah permainan yang menggunakan batang bambu dan kayu. Wahana permainan ini mirp sebuah ayunan yang ditopang dua kayu berukuran besar setinggi tiga meter.
Permainan ini memiliki empat tempat duduk dengan posisi terpisah dan menggantung, lalu digerakkan manual dengan bantuan beberapa orang. Saat mulai berputar, masyarakat yang menaikinya akan tampak seperti berayun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum permainan dimulai, masyarakat mendahuluinya dengan berdoa bersama. Dalam hal ini, kedua mempelai pengantin juga ikut berdoa bersama dengan maksud selalu diberikan perlindungan dan keselamatan.
![]() |
Kedua mempelai serta orang tua yang masih mengenakan pakaian adat lengkap, mendapat kesempatan pertama untuk mengawali pelaksanaan tradisi ini. Setelah semua pemain telah duduk pada posisi yang ditentukan, Toyang Roeng mulai digerakkan.
Sekilas, permainan ini tampak berbahaya. Apalagi saat Toyang Roeng berputar dengan cepat. Tidak mengherankan jika selama permainan ini terdengar suara teriakan baik dari mempelai maupun orang tuanya.
Setelah kedua mempelai serta orang tua bermain, peserta permainan dilanjutkan untuk keluarga terdekat, disusul masyarakat lainnya. Termasuk para muda mudi yang ingin merasakan duduk berayun dan berputar di atas Toyang Roeng yang juga dipercaya dapat segera mempertemukan jodoh.
![]() |
Tradisi unik ini pun baru-baru berlangsung di pesta pernikahan pasangan Sri Megawati dan Hasman, warga Kelurahan Anreapi, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Kamis (24/2) lalu. Banyak masyarakat dari wilayah lain yang hadir untuk sekadar menonton tradisi ini.
Substansi Toyang Roeng Memeriahkan Pesta Pernikahan
Nasir, salah satu pelaksana kegiatan menuturkan, tradisi Toyang Roeng merupakan warisan leluhurnya dari daerah Tande, Kabupaten Majene. Permainan ini pun disebutnya hanya dilaksanakan untuk memeriahkan pesta pernikahan.
"Ini melanjutkan tradisi dari keturunan, jadi kita adakan begini (Toyang Roeng). Tidak bisa juga dilaksanakan kalau bukan pesta pengantin," ujar Nasir.
Dia mengatakan inti dari tradisi Toyang Roeng ini adalah untuk memeriahkan dan menularkan kebahagiaan keluarga yang menggelar pernikahan. Dengan harapan, ada keluarga maupun kerabat yang segera menyusul ke pelaminan.
"Selalu diadakan (Toyang Roeng), karena selalu ada yang menyusul (menikah). Selain itu, untuk menularkan kebahagiaan, agar ada lagi kerabat yang menikah," tandasnya.
Sementara itu, Penggiat Seni dan Budaya Mandar Adil Tambono mengatakan, Toyang Roeng adalah permaianan tradisional yang awalnya digelar sebagai ajang silaturahmi.
"Sebenarnya, acara hiburan dan syukuran. Para pendahulu-pendahulu kita pada waktu itu, menggelar kegiatan syukuran dengan melahirkan permainan Toyang Roeng. Asumsinya, sebagai ajang silaturahmi antara perempuan dan laki-laki, dengan tetap menjaga etika," ungkap Adil, Minggu (27/2/2022).
Apalagi menurutnya, mempertemukan muda mudi pada zaman dahulu adalah sesuatu yang cukup sulit dilakukan. Tradisi ini pun hadir sebagai wadah untuk saling berkenalan satu sama lain.
"Sebenarnya berbagi kebahagiaan, ajang silaturahmi untuk ketemu-ketemu, karena dulunya, untuk pertemuan muda mudi itu susah sekali. Makanya dibuatlah kegiatan, agar tidak melanggar etika, supaya kaum lelaki dan wanita bisa melihat sanak keluarganya dan saling kenal," tutup Adil.
(asm/asm)