Saat ini semakin banyak ditemukan rumah kecil dan rumah compact di perkotaan atau pinggiran kota. Rumah-rumah tersebut memiliki fasad yang kecil sekitar 1,5-6 meter, tidak memiliki carport, atau halaman depan yang cukup untuk parkir kendaraan.
Menurut Arsitek Denny Setiawan fenomena ini terjadi karena harga lahan yang semakin mahal sehingga mempengaruhi harga jual rumah. Di sisi lain, daya beli masyarakat semakin menurun sehingga tidak mampu untuk membeli rumah yang terlalu mahal karena penghasilan bulanan yang terbatas dan hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selain itu, saat ini ketersediaan lahan untuk membangun rumah tapak di perkotaan juga semakin terbatas. Oleh karena itu, banyak rumah yang akhirnya dibangun di tanah yang kecil dan terbatas. Pemilik rumah menyiasati luas tanah yang terbatas tersebut dengan menambah lantai ke atas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk mereka yang tetap mau tinggal di Ibu Kota, ada beberapa konsep hunian. Yang pertama adalah compact house. Jadi kecil rumahnya, segala sesuatunya ada. Atau yang kedua adalah konsep single building, multi dwelling. Jadi dalam satu tanah, bisa ada 3 atau 4 keluarga yang bisa tinggal di situ. Banyak tuh kalau di Jepang, di Korea," kata Denny memberikan contoh, saat dihubungi detikProperti Selasa (27/5/2025).
Lantas, dengan semakin maraknya luas rumah yang kecil, sebenarnya apa keuntungan dan kerugiannya?
Denny mengatakan dengan tetap tinggal di dekat kota, meskipun dengan kondisi rumah yang kecil, masyarakat dapat memangkas waktu tempuh ke tempat kerja dan tetap mendapatkan fasilitas transportasi umum.
Selain itu, dengan tinggal di rumah yang kecil, mereka bisa mendapatkan tempat tinggal dengan harga yang murah. Rumah tersebut juga bisa bertambah luas apabila ditambah lantai ke atas. Jenis rumah seperti ini disebut pula dengan rumah tumbuh. Keuntungan lainnya adalah bisa menerapkan hidup minimalis atau saat ini disebut dengan frugal living.
Di balik kemudahan yang didapatkan, Denny mengingatkan tinggal di rumah yang sempit juga ada aspek ketidaklayakannya.
Pertama adalah rumah tersebut kurang mendapat pencahayaan, terutama untuk rumah yang lokasinya berdempetan dengan bangunan lain atau yang berada di gang kecil.
Rumah yang kurang mendapat pencahayaan bisa berpengaruh pada kualitas udara, pertumbuhan jamur, dan gangguan kesehatan penghuninya.
"Dengan lahan terbatas, rumah tidak mempunyai pengudaraan dan pencahayaan yang baik. Jadi dibutuhkan desain yang baik untuk memastikan semua ruangan bisa mendapatkan pengudaraan dan pencahayaan," terangnya.
Kedua adalah keterbatasan ruang gerak. Denny mengingatkan luas ruang gerak untuk satu orang yang ideal adalah 3x3 meter atau 9 meter persegi.
"Berapa sih ukuran Yang ideal untuk satu keluarga? Satu orang manusia Itu 3x3 meter, jadi kalau anggota keluarganya ada empat atau lima, ya tinggal kamu kalikan," jelas Denny.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(aqi/zlf)